Bisnis
NAIK Jumlah PHK 21,45 Persen! Ekonom Sebut Ini Pertanda Ekonomi Memburuk
Berdasarkan Satu Data Kementerian Ketenagakerjaan, pada periode Januari-Juni 2024 terdapat 32.064 orang tenaga kerja yang ter-PHK.
TRIBUN-BALI.COM - Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) masih terjadi, bahkan dalam tren meningkat. Hal ini menandakan perekonomian Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Berdasarkan Satu Data Kementerian Ketenagakerjaan, pada periode Januari-Juni 2024 terdapat 32.064 orang tenaga kerja yang ter-PHK. Jumlah PHK tersebut naik 21,45 persen dari periode sama tahun lalu sebanyak 26.400 orang.
Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin menilai, jumlah PHK yang meningkat tersebut menandakan lemahnya ekonomi domestik.
Sebab, lanjutnya PHK merupakan lagging indicator atau indikator pendorong pelemahan ekonomi. “Artinya kondisi riil ekonomi kita yang sesungguhnya lebih parah dari angka-angka PHK tersebut,” tutur Wijayanto kepada Kontan, Kamis (1/8).
Baca juga: NETRAL Jadi Atensi Saat Pilkada 2024, KNPI Bali Lantik Pengurusan DPD, Begini Harapannya
Baca juga: Bupati Jembrana Tanggapi Surat Pengunduran Diri Wakilnya, Minta Perbaiki karena Ada yang Janggal
Adapun DKI Jakarta menjadi provinsi terbesar PHK sebanyak 7.469 orang, disusul Banten sebesar 6.135 orang, Jawa Barat mencapai 5.155 orang, 4.275 orang di Jawa Tengah, Sulawesi Tengah sebesar 1.812 orang, dan 1.527 orang di Bangka Belitung.
Wijayanto menyebut, jika melihat daerah di mana PHK terjadi, bisa dipastikan kebanyakan adalah pekerja sektor manufaktur. Artinya, trend deindustrialisasi dini terus berlanjut.
Ia memperhatikan, kebanyakan pengusaha saat ini terutama dari sektor manufaktur, bukan melakukan rekrutmen, tetapi justru melakukan efisiensi dan rasionalisasi.
Efisiensi pada karyawan tersebut dilakukan karena kondisi ekonomi biaya tinggi yang makin memburuk, minimnya keberpihakan pemerintah, dan persaingan dari produk impor yang makin gencar.
“Bahkan sebagian pengusaha yang saya temui mulai berpikir untuk mengakhiri peran sebagai produsen, untuk menjadi importir produk China, yang berisiko rendah dan sudah pasti untung besar. Trend ini tentunya sangat mengkhawatirkan,” ungkapnya.
Menurutnya, tanpa perhatian dan insentif yang serius dari pemerintah, deindustrialisasi akan semakin masif, PHK massal makin sering terjadi, penerimaan pajak terus melemah dan ketergantungan akan produk impor makin tinggi.
Meski begitu, Wijayanto menilai pemerintah harus memanfaatkan kondisi perang dagang antara China dengan Amerika Serikat, yang mana memaksa China melakukan relokasi industri, untuk bisa melanjutkan ekspor ke Amerika Serikat, Australia dan Uni Eropa.
“Ini kesempatan besar yang harus Indonesia ambil, saat ini Vietnam, Thailand, dan Laos yang paling diuntungkan. Selain memperbaiki iklim investasi, Pemerintah perlu memastikan Free Trade Agreement (FTA) kita dengan Amerika, Australia dan Uni Eropa mendukung rencana tersebut,” harapnya.
Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) masih terjadi. DKI Jakarta sebagai kota bisnis menjadi daerah dengan jumlah PHK paling besar. Berdasarkan Satu Data Kementerian Ketenagakerjaan, pada periode Januari-Juni 2024 terdapat 32.064 orang tenaga kerja yang ter-PHK. Jumlah PHK tersebut naik 21,45 persen dari periode sama tahun lalu sebanyak 26.400 orang.
“Tenaga kerja ter-PHK paling banyak terdapat di Provinsi DKI Jakarta yaitu sekitar 23,29 persen dari jumlah keseluruhan (atau mencapai 7.469 orang),” mengutip laman tersebut, Kamis (1/8).
Provinsi terbesar lain yang jumlah PHK paling besar yakni Banten sebesar 6.135 orang, Jawa Barat mencapai 5.155 orang, 4.275 orang di Jawa Tengah, Sulawesi Tengah sebesar 1.812 orang, dan 1.527 orang di Bangka Belitung.
EKSPOR Furnitur ke AS Kena Tarif 19 Persen, HIMKI: Buyer Beralih ke Vietnam |
![]() |
---|
Mider Akhirnya Bisa Beli Gas 3 Kg, 3 Hari Langka di Pasaran, Pemkab Klungkung Gelar Operasi Pasar |
![]() |
---|
Ada 4.792 Pangkalan Resmi di Bali, Pertamina Jamin Ketersediaan LPG 3 Kg Sampai Pelosok |
![]() |
---|
Penjualan Properti Hunian Terkontraksi 3,80 Persen, Survei BI: Harga Tumbuh Terbatas Kuartal II-2025 |
![]() |
---|
KREDIT dan Ekspansi Usaha Lesu, Pertumbuhan Ekonomi Justru Capai 5,12 Persen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.