Music Zone

Jazz Lahir dari Jeritan Hati, Bukan Borjuis, Dihadiri 3.000 Pengunjung Selama Dua Hari

Ubud Village Jazz Festival 2024 telah berakhir. Selama dua hari, sekitar 3000 pengunjung datang menikmati rangkaian penampilan dari sembilan grup musi

ISTIMEWA
PANGGUNG JAZZ - Penampilan para musisi di Ubud Village Jazz Festival 2024, Sabtu (4/8). Selama dua hari, sekitar 3000 pengunjung datang menikmati rangkaian penampilan dari sembilan grup musik jazz internasional dan lokal. 

TRIBUN-BALI.COM - Ubud Village Jazz Festival 2024 telah berakhir. Selama dua hari, sekitar 3000 pengunjung datang menikmati rangkaian penampilan dari sembilan grup musik jazz internasional dan lokal di tiga panggung, Giri, Padi, dan Subak. Acara ini berlangsung dua hari, dari 2-3 Agustus 2024.

"Ini adalah kesembilan kalinya saya datang ke festival ini, dan saya sungguh-sungguh menikmatinya. Saya akan terus datang setiap tahunnya. Setiap tahunnya festival ini menghadirkan pengalaman yang berbeda,” katanya Marjan, pengunjung dari Belanda dalam siaran pers yang diterima Tribun Bali, Minggu (4/8).

Baca juga: 2 Kebakaran di Bali, Api Dupa di Pemogan Denpasar! Nelangsa 50 Anak Panti Asuhan di Dalung Badung

Baca juga: Pelaku Rusak Gembok dan Potong Kabel CCTV, Percobaan Pencurian di Pura Antagana Darmasaba

Yuri Mahatma, Co-founder Ubud Village Jazz Festival mengatakan, jazz dengan kekayaannya dalam makna dan interpretasi, bergantung pada persepsi, intelegensia, dan pengalaman pendengar. Jazz sama kelahirannya dengan keroncong di Indonesia, lahir dari jeritan hati di bawah kolonialisasi Portugis di Batavia.

Mereka memainkan alat musik apa adanya, namun seiring jaman, Jazz kerap kali dianggap musik borjuis dan elit. Kendati demikian jazz tetap mampu memperlihatkan kerumitan teknik yang membuatnya terbuka terhadap interpretasi bebas di tengah keteraturannya.

Jazz mencakup berbagai sub-genre seperti Swing, Bebop, Ragtime, Smooth Jazz, Fusion Jazz, hingga yang paling kompleks, Free Jazz atau Avant-Garde Jazz. "Bukan hanya free jazz, tapi just jazz,” kata Yuri.

Galaxy Bigband, yang didirikan pada 1992 oleh warga Jepang di Jakarta, menjadi penutup acara dengan penampilan mereka yang luar biasa. Mereka mengajak penonton lokal dan asing menari bersama mengikuti lagu "Kopi Dangdut" yang diaransemen dalam bentuk jazz, menciptakan suasana yang meriah dan penuh kegembiraan. (sup)


Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved