Berita Bali
Seniman Gamelan Dari Francis Mebarung Dengan Sekaa Gong Pinda Bali
mengisi waktu luang di Bali, seniman yang terhimpun dalam Sekaa Gong Puspa Warna ini pun menggelar pertunjukan seni gratis.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Theo Merigeau bersama rekan-rekannya dari Francis sedang berlibur di Bali.
Diketahui mereka merupakan seniman Francis yang getol mempelajari kesenian Bali, terutama gamelan gong kebyar dan semarapegulingan.
Dalam mengisi waktu luang di Bali, seniman yang terhimpun dalam Sekaa Gong Puspa Warna ini pun menggelar pertunjukan seni gratis.
Pementasan digelar di Banjar Pinda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali pada Sabtu 3 Agustus 2024 malam.
Selain Sekaa Gong yang penabuhnya didominasi warga Francis itu, pementasan tersebut juga dimeriahkan penampilan Sekaa Gong Dharma Kesuma Banjar Pinda.
Baca juga: Gamelan Angklung Krama Adat Kebonsari Jembrana Digondol Maling, Diduga Pelaku Masuk Lewat Jendela
Pementasan ini pun laiknya sebuah festival gong kebyar yang biasa ada dalam Pesta Kesenian Bali (PKB).
Yakni selain menampilkan tetabuhan, pementasan ini juga berisikan tari-tarian.
Mereka memilih pentas di Banjar Pinda, dikarenakan saat awal mula terbentuk, mereka dilatih oleh oleh seniman setempat.
Kordinator kelompok Francis, Theo Merigeau merasa sangat senang bisa pentas gamelan di Bali.
Ia menjelaskan bahwa Sekaa Gong Puspa Warna ini beranggotakan 20 orang yang terdiri dari berbagai latar belakang. Dibentuk sekitar tahun 2011.
"Kami menghimpun diri di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Paris di bawah binaan Bidang Penerangan Sosial Budaya," ujar Theo yang fasih berbahasa Indonesia itu.
Di awal berdiri, kata dia, ia belajar kesenian gamelan Bali di bawah seniman asal Banjar Pinda, yakni Pak Kumpul.
"Kami terus mengembangkan diri mengadakan latihan rutin di Paris dua kali seminggu," ujar Theo.
Theo mengatakan, selama tahun 2011 pihaknya belum pernah pentas di Bali.
Dan, baru pada tahun 2024 ini, ia bisa merasakan taksu bermain gamelan Bali.
Selain pentas, mereka juga belajar selama 10 hari dengan Sekaa Gong Dharma Kesuma Banjar Pinda.
"Pentas di Bali merupakan tempat yang sudah lama kami impikan. Pementasan ini sangat berarti bagi kami, kami yang dari jauh menghimpun diri dengan biaya sendiri akhirnya bisa pentas di sini. Saya sendiri tidak tahu kenapa saya suka dengan gamelan Bali," ujarnya lalu tertawa.
Adapun dalam pementasan ini, Sekaa Gong Puspa Warna menampilkan gending lelambatan kreasi bernama Tabuh Telu Pepanggulan.
Dilanjutkan dengan Tari Pendet, dan Tabuh Kreasi Manuk Anguci yang merupakan tabuh lengendaris milik para seniman Banjar Pinda.
Moderator Pementasan, I Wayan Kader, yang juga dosen ISI Denpasar mengatakan, ia telah bertemu dengan Theo pada 2009 di Paris saat melatih Perhimpunan Pelajar Indonesia di Paris.
Saat itu, Theo ingin belajar, namun tidak sempat dikarenakan ia harus balik ke Bali.
"Saat itu saya berpesan, datang saja ke Bali, pasti ada yang ngajari kamu. Biar gak bingung kamu juga bisa datang ke banjar saya (Banjar Pinda). Saya tak menyangka betulan datang, tapi saat itu saya sedang kuliah di Solo, jadi yang mengajari bapak saya (Pak Kumpul)," ujar Kader.
Kader pun mengaku terharu. Sebab warga luar negeri sangat mencintai kesenian tradisional Bali.
Pihaknya berharap hal ini menjadi motivasi anak-anak muda Bali agar terus melestarikan kesenian Bali. (*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.