bisnis
DENDA Beras Impor Rp294,5 Miliar, Pengamat Sebut Itu Tanggung Jawab Bulog
Khudori mengungkapkan, hingga akhir Juli 2024 Bulog telah mengimpor 2,5 juta ton beras dari kuota yang telah diterbitkan sebanyak 3,6 juta ton.
TRIBUN-BALI.COM - Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori menyoroti ihwal demmurage atau denda beras impor sebesar Rp 294,5 miliar yang tengah didalami oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Studi Demokrasi Rakyat (SDR).
Khudori menjelaskan denda bongkar muat merupakan hal biasa dalam kegiatan ekspor impor. Menurutnya, importir yang membuka tender dalam hal ini Bulog, tentu telah mengantisipasi hal tersebut.
“Perkiraan saya, dalam kontrak Bulog menetapkan beras itu sampai di gudang Bulog. Risiko keterlambatan bongkar muat menjadi tanggung jawab importir. Jadi, kalaupun ada denda akibat keterlambatan bongkar muat itu, dugaan saya, itu tanggung jawab pemenang tender,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (6/8).
Baca juga: ATLET Panjat Tebing Indonesia, Veddriq Leonardo Pecahkan Rekor Olimpiade 2024 di Paris
Baca juga: Rokok Ilegal di Jembrana Rp1,3 Miliar, Bea Cukai Denpasar Proses Hukum Pemilik 1,7 Juta Rokok
Khudori mengungkapkan, hingga akhir Juli 2024 Bulog telah mengimpor 2,5 juta ton beras dari kuota yang telah diterbitkan sebanyak 3,6 juta ton. Menurutnya, impor tambahan sangat bergantung pada seberapa besar Bulog bisa menyerap beras dalam negeri hingga akhir tahun.
Berdasarkan data Bulog saat ini total total stok beras di gudang tercatat 1.612.602 ton, yang terdiri dari stok cadangan beras pemerintah (CBP) 1.533.594 ton dan stok komersial 78.467 ton. Di mana, hingga 5 Agustus 2024, Bulog telah menyerap 777.683 ton beras. “Dugaan saya, sampai akhir tahun penyerapan Bulog mencapai 900.000 ton,” ungkap Khudori.
Sementara itu, hingga 5 Agustus 2024 Bulog telah menyalurkan beras untuk operasi pasar bernama stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) sebesar 941.980 ton dan penyaluran untuk bantuan pangan beras sebesar 1.311.270 ton.
“Sampai akhir tahun, jika penyaluran SPHP mencapai 1,2 juta ton sesuai target berarti Bulog masih harus mengimpor beras sekitar 829.542 ton lagi. Itu dengan asumsi stok beras akhir tahun 1,2 juta ton,” kata Khudori.
Lebih lanjut, Khudori menambahkan, kuota impor beras tahun ini yang sebesar 3,4 juta ton lebih besar dari tahun lalu yang mencapai 3,06 juta ton. Menurutnya, ini disebabkan produksi tahun ini diprediksi lebih rendah.
Untuk itu, kata Khudori, kunci untuk mengentaskan besarnya impor beras tersebut adalah menambah produksi, di mana terdapat dua cara untuk jangka pendek.
Pertama, menaikkan produktivitas dengan menanam padi varietas unggul dengan menerapkan kultur teknis yang benar dan tepat.
Kedua, menaikkan indeks pertanaman dari 1,4 menjadi setidaknya 2. “Tapi langkah kedua ini harus dipastikan ihwal ketersediaan air dengan memastikan jaringan irigasi,” tandasnya. (kontan)
2 RUTE Internasional Baru TransNusa Hubungkan Indonesia - Tiongkok, Pererat Hubungan Bilateral |
![]() |
---|
Pinjaman Nasabah Kopdes MP Tegal Harum Capai Rp900 Juta, Zulkifli: Pengganti Bansos Bagi yang Miskin |
![]() |
---|
LESU Industri Logistik, Asosiasi Soroti Daya Beli Lemah & Efisiensi Belanja, Harapan ke Pemerintah |
![]() |
---|
Bank Indonesia Berharap Pameran KKI Dorong Promosi UMKM Naik 40 Persen |
![]() |
---|
EKSPOR Furnitur ke AS Kena Tarif 19 Persen, HIMKI: Buyer Beralih ke Vietnam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.