bisnis

Lebih Rendah dari Pertumbuhan Ekonomi! Konsumsi Rumah Tangga Ditargetkan 5 Persen di 2025

Adapun pertumbuhan konsumsi akan dijaga di level 5 persen, dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 53 persen.

Kontan/Shifa Fadila
RAPAT KERJA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja dengan DPR RI, Rabu (28/8). Konsumsi rumah tangga ditargetkan 5 persen di 2025, atau lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi. 

TRIBUN-BALI.COM  - Konsumsi rumah tangga ditargetkan hanya tumbuh 5 persen pada 2025 mendatang. Target ini lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi pemerintah sebesar 5,2 persen dalam RAPBN 2025.

Meski begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, tahun depan diharapkan konsumsi rumah tangga bisa tetap terjaga, salah satunya dengan menjaga daya beli, inflasi terkendali dan tenaga kerja meningkat.

“Strategi menjaga pertumbuhan ekonomi dengan konsumsi (rumah tangga) harus dijaga,” tutur Sri Mulyani saat melakukan rapat kerja bersama bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (28/8).

Adapun pertumbuhan konsumsi akan dijaga di level 5 persen, dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 53 persen. Selain menjaga konsumsi rumah tangga, pemerintah juga akan menjaga konsumsi pemerintah dengan target pertumbuhan 5 persen, dan kontribusi sebesar 7,4 persen.

Baca juga: Jaga Daya Beli Kelas Menengah! Kuota Rumah Subsidi Ditambah 34.000 Unit Senilai Rp 4,3 Triliun

Baca juga: Ribuan Driver Ojol & Kurir Matikan Aplikasi! Pemerintah Perlu Buat Regulasi untuk Beri Perlindungan

Konsumsi pemerintah akan didorong melalui belanja pendidikan, kesehatan, dan ketahanan pangan. Kemudian belanja birokrasi yang efisien, dan efektif, serta makan siang bergizi gratis.

Kemudian, investasi ditargetkan tumbuh sebesar 5,5 persen dengan kontribusi sebesar 29,3 persen terhadap PDB. Investasi akan didorong melalui infrastruktur pangan, energi, konektivitas, dan digital. Sektor bernilai tambah tinggi seperti hilirisasi SDA dan digitalisasi, serta peningkatan iklim investasi dan insentif fiskal terstruktur.

Ekspor ditargetkan tumbuh sebesar 5,4 persen dengan kontribusi sebesar 21,4 persen terhadap PDB. Ekspor akan didorong melalui hilirisasi dan penguatan partisipasi di global value chain.

Serta diversifikasi produk dan pasar ekspor. Terakhir, impor ditargetkan tumbuh sebesar 4,6 persen dengan kontribusi sebesar 18,9 persen dari PDB.

Sebagai informasi, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, ekspor dan impor menjadi sektor pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus dijaga di atas 5 persen atau kalau ingin mencapai di atas 5 persen maka, instrumennya adalah bukan pada stimulus, baik fiskal moneter, tapi harus melalui kebijakan struktural dan productivity,” ungkapnya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di level 5 persen dalam 10 tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi 5 persen tersebut akan sulit menghantarkan Indonesia menjadi negara maju.

 Sri Mulyani menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia terjebak di level 5 persen karena menghadapi berbagai tantangan. Mulai dari tekanan perekonomian global, pandemi Covid-19, suku bunga global yang tinggi, serta inflasi global yang tinggi.

Meski hanya mampu tumbuh 5 persen, Sri Mulyani tetap mensyukuri karena perekonomian Indonesia masih mampu bergerak stabil. “Namun tentu kalau ditanya 5 persen cukup? Tidak (cukup) terhadap keinginan kita untuk menciptakan kemajuan atau mencapai high income country,” tutur Sri Mulyani.

Meski hanya mampu tumbuh 5 persen, Sri Mulyani tetap mensyukuri karena perekonomian Indonesia masih mampu bergerak stabil. Bila dibandingkan dengan negara lainnya, menurutnya Indonesia masih lebih baik. Misalnya saja Eropa yang menghadapi pelemahan ekonomi dan mendekati resesi.

“Kita masih bisa menjaga 5 persen itu berarti kita terus harus menjaga resep untuk menyeimbangkan domestik demand dengan tetap secara oportunistik memanfaatkan global environment,” ungkapnya.

Salah satu resep pemerintah mampu mempertahankan ekonomi di level 5 persen adalah dengan menjaga konsumsi rumah tangga mendekati 5 persen, memacu investasi, konsumsi pemerintah dan ekspor yang mengalami tekanan dalam dua tahun terakhir bisa dipulihkan. (kontan)

 

Pengeluaran Kelas Menengah Turun

BIAYA prioritas pengeluaran masyarakat kelas menengah untuk membeli rumah dan makanan tampak menurun pada 2024. Deputi Bidang  Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti mencatat, terdapat pergeseran pengeluaran masyarakat kelas menengah bila dibandingkan dengan 2014 dan 2024.

Pada tahun 2014, belanja prioritas masyarakat kelas menengah mayoritas dibelikan untuk makanan sebesar 45,53 persen dan untuk perumahan sebesar 32,67 persen.

Namun 10 tahun kemudian, yakni pada tahun 2024, pola belanja tersebut berubah menurun, menjadi sebesar 41,67 persen untuk makanan dan sebesar 28,52 persen untuk perumahan.

“Tetapi ada tambahan pengeluaran dari kelas menengah seperti untuk pengeluaran barang jasa lainnya dari 4,68 persen jadi sebesar 6,48 persen. Kemudian untuk keperluan pesta naik dari 0,75 persen menjadi sebesar 3,18 persen.

Juga untuk hiburan yang tadinya tipis sekali 0,22 persen, menjadi menebal jadi 0,38 persen,” tutur Amalia saat melakukan rapat kerja bersama komisi XI DPR RI, Rabu (28/8).

Kemudian, kebutuhan yang menebal yakni untuk pengeluaran pajak dan iuran dari sebelumnya sebesar 1,62 persen menjadi 4,53 persen. Untuk kendaraan juga meningkat dari sebesar 2,97 persen jadi 3,90 persen. Serta kebutuhan barang dan jasa lainnya juga menebal dari 4,58 persen menjadi 6,48 persen.

Selanjutnya, kebutuhan belanja kendaraan juga meningkat dari 2,97 persen menjadi 3,90 persen, barang tahan lama meningkat dari 1,72 persen menjadi 2,29 persen, dan pakaian meningkat dari 2,18 persen menjadi 2,44 persen.

“Tapi secara umum memang prioritas pengeluaran kelas menengah adalah makanan, perumahan dan barang jasa lainnya,” ungkapnya. Sementara itu, pengeluaran kelas menengah yang turun adalah Pendidikan, kesehatan, perumahan, dan makanan. (kontan)

 

Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved