Sponspor Content
Wujudkan Desa Ramah Burung, Desa Tengkudak Penebel, Tabanan Gandeng Unud Gelar FGD
Pihaknya mengaku pelepasliaran burung jalan bali tiada lain untuk menjadikan desa tersebut menjadi kampong burung jalak Bali.
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN- BALI.COM, TABANAN - Desa Tengkudak, Penebel, Tabanan kini akan menjadi Kampung burung Jalak Bali. Hal itu dirancang dengan menggelar Focus Group Discussion (FGD) Pendekatan Pentahelix dalam Mewujudkan Desa Ramah Burung yang digelar di Balai Desa Tengkudak pada Kamis 5 September 2024.
Dalam FGD tersebut menghadirkan beberapa narasumber yakni Asman Adi Purwanto dari Yayasan BISA, Suparno dari Desa Jatimulyo, Kulonprogo, Jawa Tengah dan Universitas Udayana (Unud). Acara FGD itu pun bias dilaksanakan atas kerja sama atas Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kajian Ornithologi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Udayana (PSDALH Kajian Ornithologi LPPM Unud) dan Friends of National Park Foundation (FNPF).
Camat Penebel, I Putu Agus Hendra Manik Mastawa yang diwakili Kasi Trantib menyebutkan jika FGD yang digelar diharapkan memberi regulasi dalam pembudidayaan burung khususnya jalak Bali di Desa Tengkudak. Mengingat adanya desa ramah burung akan menjadi daya tarik wisata melalui pengemasan paket wisata edukasi (eduwisata) dan wisata ramah lingkungan (ekowisata).
Baca juga: ATENSI Cacar Monyet! Dinkes Badung Siapkan Ruang Isolasi Kasus Mpox
Baca juga: Satpol PP Denpasar Minta Tim Pemenangan Paslon Turunkan Baliho Sendiri
“Dalam pengembangan dan melepas liarkan burung yang dilindungi, perlu adanya kerjasama antara desa adat dan desa dinas,sehingga bias selaras dan dikembangkan dengan baik,” ujarnya membuka kegiatan FGD.
Pihaknya menyebutkan, sejatinya sudah ada beberapa burung jalak Bali yang sudah dilepas liarkan di wilayah Desa Tengkudak. Kendati demikian, pertemuan yang cukup serius itu diharapkan mampu dikembangkan dan digarap dengan serius.
“Kami tidak ingin program ini, hangat-hangat tai ayam. Sehingga program ini bisa berkelanjutan," ucapnya sembari mengatakan kami menginginkan agar ada regulasi dan payung hukum yang jelas terkait dengan pelepasan burung jalak Bali, mengingat burung jalak Bali dilepas liarkan dan dilindungi.
Disisi lain, Assistant Director Friends of National Park Foundation (FNPF) I Made Damaianto menambahkan jika pelepasliaran burung jalak Bali sudah dilakukan di beberapa titik di Kabupaten Tabanan. Bahkan dalam hal itu pihaknya sendiri bekerja sama dengan BKPSDA Tabanan.
Pihaknya mengaku pelepasliaran burung jalan bali tiada lain untuk menjadikan desa tersebut menjadi kampong burung jalak Bali.
“Jadi perkembangan burung ini perlu kita lakukan. Bahkan kami di FNPF sudah pernah melepas liarkan burung jalak Bali di Nusa penida pada tahun 2016. Sehingga burung jalak Bali berkembang biak diiringi dengan perkembangan pariwisata yang ada saat ini,” ucapnya
Dengan melepas liarkan Jalak bali, pihaknya berharap habitat jalak Bali tidak cepat punah. Selain itu juga banyak terdapat kampung jalak bali di wilayah asalnya sendiri. “kami juga ingin Jalak Bali, kami harapkan akan menjadi objek tourism karena menjaga habitatnya,” jelas Damaianto
Sementara Kepala Desa Tengkudak I Ketut Suartanca sangat berharap mendapat wawasan dalam pelestarian burung Jalak bali. Sehingga apa yang dikembangkan di Desa menjadi berguna bagi masyarakat apalagi mendapat pendapatan Baru.
“Besar harapan kami, agar kami diberikan saran dalam mengembangkan desa melalui perkembangbiakan dan melepasliarkan burung jalak Bali. Mengingat Desa Tengkudak merupakan satu desa dari 18 desa di kecamatan penebel yang kondisi masih alami, dan masih berada di wilayah pegunungan. Diakui keberadaan desa pun dinilai sangat dengan pelepasliaran burung jalak bali.
“Jadi desa ini masih asri, dan juga banyak terdapat budaya dan tradisi di desa kami. Masyarakat di Desa Tengkudak sebagian besar merupakan petani dan juga peternak. Bahkan masyarakat tengkudak masih memiliki budaya tradisional dengan memasak masih memakai kayu bakar. Dengan hadirnya burung Jalak Bali di desa ini diharapkan menjadi daya Tarik wisata tersendiri,” bebernya.
Disisi lain, I Made Saka Wijaya, S.Si., M.Si dari Universitas Udayana program studi biologi mengakui jika dirinya sudah melakukan pengamatan termasuk melihat tumbuhan-tumbuhan yang mendukung pelepasliaran burung jalak bali. Pelepasan burung jarak bali itu pun sangat biasa dilakukan mengingat populasinya kini semakin punah.
“kami sudah melihat beberapa wilayah banyak ada pohon yang mendukung pelepasliaran ini. Banyak ada makanan seperti biji-bijian yang bisa dimakan oleh burung. Selain itu juga ada beberapa jenis burung lainnya secara beragam.
“Di Desa adat tingkih kerep, kami juga melihat spesies burung relatif beragam. Bahkan banyak juga terdapat burung becica yang dilepas liarkan. Sehingga kami pastikan aman untuk burung berkembangbiak dialam yang bebas,” imbuhnya. (*)
UC Group Rayakan Ultah ke-35, Beri Penghormatan Pada Pelaku Pariwisata |
![]() |
---|
Wamenpar Pastikan Kesiapan Nataru di Pelabuhan Gilimanuk, Dorong Wisata Berkualitas di Bali Barat |
![]() |
---|
Asuransi Usaha Ternak Dilanjutkan di 2025, Jembrana Dapat Kuota 350 Ekor untuk Sapi dan Kerbau |
![]() |
---|
Pemerintah & Warga Gotong Royong Bantu Rumah Roboh, BPBD Jembrana Bantu Layanan Kebutuhan Dasar |
![]() |
---|
Disnakerprin Jembrana Gelar Temu Bisnis dan Pameran IKM, Dorong Pertumbuhan IKM |
![]() |
---|