Sponspor Content

Komisi III DPRD Bangli Gelar Raker, Bahas Senderan Jebol

Dalam rapat ini, sejumlah anggota komisi III, seperti Ida Bagus Santosa, I Wayan Subagan dan I Ketut Bakuh membuat kuping jajaran Dinas PU merah.

ISTIMEWA
Komisi III DPRD Bangli, Bali, menggelar rapat kerja (raker) dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Bangli, Rabu 9 Oktober 2024. 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Komisi III DPRD Bangli, Bali menggelar rapat kerja (raker) dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Bangli, Rabu 9 Oktober 2024.

Rapat  yang dipimpin Ketua Komisi III DPRD Bangli, I Wayan Merta Suteja, itu dihadiri Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bangli, Dewa Ngakan Widnyana Maya bersama jajarannya. 

Dalam rapat ini, sejumlah anggota komisi III, seperti Ida Bagus Santosa, I Wayan Subagan dan I Ketut Bakuh membuat kuping jajaran Dinas PU merah. Mereka dicecar terkait senderan jebol di lokasi Pembangunan Sasana Budaya Giri Kusuma, Bangli.

Ida Bagus Santosa saat itu 'menghujani' Kadis PU dengan sejumlah pertanyaan untuk mencari tahu penyebab senderan jebol tersebut. Apakah disebabkan karena pondasinya hanya mengandalkan tanah urug atau akibat pada bangunan tersebut terdapat pohon besar. 

Baca juga: Kasus Penyerangan di Mess Garmen Pedungan Denpasar, Polisi: Pelaku Pukul Korban dengan Palu dan Tang

Baca juga: Balas Dendam Berujung Penyerangan di Pedungan Denpasar, Tarik Rambut Korban Hingga ke Lantai

Gus Santosa pun meminta Dinas PU untuk memastikan kajian proyek tersebut.  “Semua harus diperhitungkan. Jangan curah hujan dipakai alasan, karena itu semestinya sudah ada perhitungannya. Harus ada kajian bagaimana jika bangunan tersebut berisi tanah urug dan bagaimana jika terdapat pohon, itu harus dikaji,” ucap politikus Golkar itu 

Gus Santosa kemudian mempertanyakan apakah betul dalam kontrak kerja ini ada galian pondasi dengan kedalaman 1 meter. Pihaknya tak ingin 'dikubuli' oleh kontraktor. Diapun menegaskan berhak mengetahui kebenarannya. Kata dia, bila terjadi kebohongan, maka pihaknya minta kegiatan semua direkam, karena semua kegiatan harus dipertanggungjawabkan  secara hukum.  

“Jadi apa benar pondasinya satu meter, jadi semuanya harus bertanggungjawab secara hukum. Saya dan teman-teman juga bertanggung jawab secara hukum. Intinya, apakah kejadian kemarin  itu ada pelanggaran rekanan terkait dengan kontrak kerja atau malah sebaliknya kontrak kerja yang bermasalah,”tanya pria asal Geria Demulih itu.

Pada kesempatan itu, IB. Santosa juga mengkritisi kegiatan Ke PU-an selama ini. Yang mana, sesuai perspektif-nya, kegiatan di Dinas PU belum bisa menjawab persoalan krusial di masyarakat.  Dan, belum mengakomodir pokok-pokok pikiran di DPRD.  Karena masalah kebijakan adalah tanggungjawab  DPRD bersama bupati, sementara OPD, seperti Dinas PU hanya pelaksana kebijakan tersebut.  “Secara teknis, saya ingin bertanya, kenapa di Desa saya Demulih tidak pernah disentuh kegiatan. Malahan ada jalan  nyaris putus namun tidak pernah ada perhatian,”tanyanya.

Pertanyaan, hampir serupa juga dilontarkan anggota Komisi III lainnya, yakni I Ketut Bakuh dan Wayan Subagan. Pada pokok pembahasan,  keduanya mempertanyakan langkah pemerintah dalam menangani senderan jebol ini. "Bagaimana penanganan selanjutnya pasca senderan itu jebol,”tanya Bakuh.

Kadis PU Bangli, Dewa Ngakan Widnyana Maya mengatakan, pekerjaan DPT masih berjalan. Sementara secara umum, dia menyebutkan, ketinggian DPT dari dasar sampai atasnya mencapai 3 meter.  Terbagi menjadi tiga draf, untuk selanjutnya ditata menjadi konsep landscape.  Per step ketinggiannya mencapai 1 meter, pondasi di bawahnya  ditahan saluran drainase jalan provinsi, sementara tahap dua, utamanya sisi barat memang cukup riskan karena dalam perataan tanahnya tidak semua tanah asal menjadi tumpuan.  Semua pondasi sudah masuk dasar. “Beban dari DPT dari  timur sampai barat memang tidak sama,”katanya.

Semua kalau dipertanyakan siapa yang bertanggungjawab, kata dia, dirinya  pun mengaku mempunyai tanggungjawab yang sama dalam semua tahapannya, termasuk dirinya yang diberikan mandat melaksanakan secara teknis di lapangan tentu harus lebih optimal.

Dirinya bahkan mengaku lalai karena kurang perhitungan teknis. "Saya mengakui kekurangan saya secara pribadi, dalam pandangan saya dengan tinggi satu meter tidak seberapa. Ini lalai. Jujur kami lalai dengan tinggi satu meter itu, ternyata satu meter dikali tiga cukup besar bentangannya," akunya," ujarnya. (Adv/weg)

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved