Berita Bali

Tak Terawat, Pohon Mangrove G20 Bali Dibiarkan Mati, Kepala Tahura Sebut Tak Sesuai Habitat Mangrove

PT Jasa Marga (Persero) Tbk melalui anak usahanya PT Jasamarga Bali Tol (JBT) menggandeng ratusan petani lokal dalam pelaksanaan penaman tersebut. 

ISTIMEWA
TAK TERAWAT - Tanaman mangrove bentuk huruf G20 di kawasan laut Tol Bali Mandara yang tampak tidak terawat - Tak Terawat, Pohon Mangrove G20 Bali Dibiarkan Mati, Kepala Tahura Sebut Tak Sesuai Habitat Mangrove 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tanaman mangrove bentuk huruf G20 di kawasan laut Tol Bali Mandara tampak tidak terawat dan tidak tumbuh. 

Bahkan warna dari tanaman mangrove ini tampak hitam. 

Tanaman mangrove yang dipamerkan saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tahun 2022 ini menjadi tidak terawat sebab lokasi penanamannya tidak sesuai untuk habitat mangrove. 

Kondisi air laut di bawah jalanan tol yang pasang surut juga diserang hama tritip, membuat tanaman mangrove ini gagal untuk tumbuh. 

Baca juga: Hadir 50 Tahun di Indonesia, Yamaha Motor Upayakan Reduksi Emisi Karbon Melalui Penanaman Mangrove

Selain itu juga, media tanam mangrove tidak cocok di tengah laut. 

Sehingga diprediksi awal tidak akan bertahan lama. 

“Dalam rangka penyelenggaraan G20, supaya pemandangan Tol tidak kering dari pengelola Bali Tol menginisiasi untuk melakukan penghijauan,” kata Kepala UPT Tahura Ngurah Rai, Ketut Subandi pada, Rabu 23 Oktober 2024. 

Dari awal Subandi telah mengetahui bahwa penanaman mangrove di tengah laut ini tidak sesuai. 

Hanya saja, untuk menampilkan yang terbaik untuk para delegasi dan tamu negara lainnya tetap dilaksanakan.

“Dalam tulisan G20 ditaruh tulisan dari bibit mangrove metode itu coba melawan alam. Ditanam di sana jaringnya dipasang menghambat serangan kerang, hama tritip. Dipasang bambunya menjaga arus ombak. Penanaman awal bagus sudah dilakukan pemeliharaan ada yang mati diganti. Pelaksana lapangannya  bagus itu,” imbuhnya. 

Untuk membuatnya itu juga memakai metode guludan dan pemeliharaan yang berbeda dibandingkan penanaman konvensional. 

Subandi sebagai Kepala Tahura hanya memberikan saran kepada Bali Tol untuk merealisasikannya.  

Memang tampak indah kelihatannya, tetapi di balik itu usaha keras supaya mangrove bisa tumbuh dan bertahan karena medianya sudah salah.

Seperti diketahui, penanaman Mangrove tersebut untuk penataan Jalan Tol Bali-Mandara dalam rangka mendukung perhelatan KTT G20 di Bali

PT Jasa Marga (Persero) Tbk melalui anak usahanya PT Jasamarga Bali Tol (JBT) menggandeng ratusan petani lokal dalam pelaksanaan penaman tersebut. 

Pihak JBT melibatkan 263 petani lokal dalam penanaman mangrove di Jalan Tol Bali Mandara. 

Adapun ratusan petani yang terlibat penanaman tersebut di antaranya berasal dari Kelompok Petani Mangrove (Rumah Mangrove) Desa Tanjung Benoa, Desa Tengkulung dan Jimbaran. 

PT JBT melakukan penanaman 756.800 bibit mangrove di Jalan Tol Bali Mandara, tepatnya di Interchange Ngurah Rai dan di Km 3+600. 

Jumlah ini termasuk penanaman bibit mangrove yang membentuk tulisan G20 sebesar 158x54 meter dengan total 300.000 bibit.

Penanaman mangrove ini merupakan bagian dari pengerjaan penataan Jalan Tol Bali Mandara dalam rangka mendukung perhelatan KTT G20 di Bali dan sebagai upaya mewujudkan green environment. 

Sejumlah penataan lainnya meliputi penataan lanskap, pohon hingga pembuatan taman, green energy dalam pekerjaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), hingga penambahan budaya lokal Bali pada ornamen Penerangan Jalan Umum (PJU), renovasi gerbang tol dan pemasangan karya seni patung penari Bali. (sar/ant)

Biaya Perawatan Mahal

Kepala UPT Tahura Ngurah Rai, Ketut Subandi mengungkapkan dalam penanaman mangrove tersebut membutuhkan biaya yang mahal sekali dan juga perawatannya. 

“Berat sekali sangat dipaksakan biayanya mahal. Buang-buang uang. Itu tata ruang laut dipaksakan G20 kemarin menampilkan. Ikon tema mangrove,” terangnya. 

Subandi menyarankan untuk tidak melanjutkan menanam dari pada susah hidup karena medianya tidak sesuai. Jika dilanjutkan biayanya juga tidak murah. 

“Filosofi tanaman tumbuh di tempat tumbuhnya jika tempat tumbuh tidak memenuhi syarat kita paksakan kita dengan metode tetapi gagal. Terkesan terbengkalai karena berat melawan alam,” kata dia. 

Namun, di sisi lain, penanaman mangrove saat G20 ada yang berhasil. Seperti di pinggir lokasi tersebut tumbuh hijau karena ditanam lebih tinggi. (sar)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved