Sponspor Content

Lonjakan Kasus DBD di Jembrana, Pemerintah Ajak Warga Waspadai Potensi Penyakit Musim Pancaroba

Selain itu, kata dia, faktor lain yang jadi pendukung peningkatan kasus belakangan ini adalah soal migrasi virus dari wilayah zona merah ke Jembrana.

Tribun Bali/Dwi S
ILUSTRASI - Dinas Kesehatan Jembrana, mengajak seluruh masyarakat untuk waspada terhadap lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD). Sebab, peningkatan kasus kerap terjadi pada musim peralihan atau musim pancaroba datang. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serta tetap menjaga kebersihan lingkungan menjadi kunci untuk mencegah terjadinya DBD.  

TRIBUN-BALI.COM - Dinas Kesehatan Jembrana, mengajak seluruh masyarakat untuk waspada terhadap lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD).

Sebab, peningkatan kasus kerap terjadi pada musim peralihan atau musim pancaroba datang. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serta tetap menjaga kebersihan lingkungan menjadi kunci untuk mencegah terjadinya DBD

Menurut data yang berhasil diperoleh dari Dinas Kesehatan Jembrana, sejak Januari-September 2024 kemarin, tercatat ada 287 kasus DBD yang terjadi di Gumi Makepung. Jumlah ini masih jauh menurun dibandingkan kasus di tahun 2023 lalu yang notabene disebutkan menjadi siklus lima tahunan.

Sementara, dalam kurun waktu lima tahun terakhir atau 2020-2024, tahun 2023 menjadi temuan kasus yang terbanyak. Pada 2020 tercatat ada 267 kasus, kemudian di 2021 menurun drastis menjadi 96 kasus. Di 2022 kembali naik menjadi 347 kasus dan di 2023 menjadi puncak tertinggi mencapai 435 kasus.

Baca juga: KAGETKAN Warga di Muara Tukad Unda Klungkung, Setelah Ada Penemuan Jenazah

Baca juga: NEKAT Rudapaksa Gadis Asal Banyuwangi, Pemuda Asal Kupang Panjat Ventilasi Kosnya di Badung

Namun tak menutup kemungkinan, dalam waktu tiga bulan terakhir tahun ini atau di musim pancaroba kasus bakal bertambah jika masyarakat abai dengan pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungannya masing-masing.

Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr Made Dwipayana mengingatkan, meskipun jumlah kasus cenderung menurun tahun ini, namun masyarakat harus tetap waspada. Masyarakat diharapkan melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara rutin di rumah dan lingkungannya masing-masing. 

Pihaknya juga melakukan analisa surveilans penyakit dan trend kasus serta mempersiapkan fogging sesuai kebutuhan baik sebelum masa penularan serta fogging ketika ditemukan kasus.

Terlebih lagi, di Jembrana sendiri saat ini juga sedang mengalami anomali cuaca atau cuaca esktrem. Hal ini tentunya berpotensi menimbulkan peningkatan jumlah kasus. Hal ini membuat perkembangbiakan nyamuk juga semakin masif terjadi.

"Perubahan cuaca yang kadang hujan dan panas meningkatkan perkembang biakan nyamuk," katanya. 

Selain itu, kata dia, faktor lain yang jadi pendukung peningkatan kasus belakangan ini adalah soal migrasi virus dari wilayah zona merah ke Jembrana. Hal ini disebabkan oleh mobilitas masyarakat terutama saat berkunjung ke daerah yang tinggi kasusnya. Jadi kemungkinan besar terinfeksi di luar Jembrana kemudian disebarkan oleh nyamuk di rumahnya ke orang lain.

"Kita tetap berupaya untuk menekan kasus seminimal mungkin terutama kasus lokal. Namun diakui ada juga kasus import. Artinya, warga yang kena di luar ada gejala sakit, ketika pulang ke Jembrana ternyata DBD," ungkapnya.

Disinggung mengenai potensi lonjakan kasus dalam tiga bulan terakhir di tahun 2024 ini, Dwipayana menyebutkan jika sesuai tren yang sebelumnya, pihaknya bersama petugas dilakukan rata-rata jumlahnya tidak begitu signifikan. 

"Astungkara dan semoga saja tidak melonjak. Upaya petugas kita di lapangan dibantu kesadaran masyarakat untuk PSN akan mampu menekan kasus bertambah lagi," harapnya.

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved