Pohon Tumbang di Monkey Forest
Desa Adat Padangtegal Akan Gelar Upacara Besar dan Lukat Staf Monkey Forest Ubud Bali
desa adat telah rutin menggelar upacara atau ritual untuk penghuni Monkey Forest Ubud, baik dari satwa berupa monyet maupun tumbuhan
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Bendesa Adat Padangtegal, I Made Parmita selaku kepala adat yang mewilayahi objek wisata Monkey Forest Ubud mengatakan, Desa Adat Padangtegal akan menggelar upacara pembersihan secara niskala pasca tragedi tewasnya dua turis akibat pohon tumbang di areal Monkey Forest Ubud, Gianyar, Bali.
Dia menjelaskan, selama ini pihaknya di desa adat telah rutin menggelar upacara atau ritual untuk penghuni Monkey Forest Ubud, baik dari satwa berupa monyet maupun tumbuhan yang membentuk hutan Monkey Forest.
Upacara tersebut dilakukan saat Hari Tumpek Kandang yang dikhususkan untuk binatang.
Dalam upacara ini, monyet yang ada di Monkey Forest diberikan suguhan yang sebelumnya dimantrai dengan dipimpin jero mangku.
Baca juga: Sekda Gianyar datangi TKP Monkey Forest Ubud, Pastikan Pemkab Ikut Bertanggung Jawab
Hal itu dilakukan agar hewan-hewan di Monkey Forest terlindungi secara sekala maupun niskala.
Sementara upacara untuk tumbuh-tumbuhan dilakukan saat Hari Tumpek Uduh.
"Khusus kejadian ini, akan ada tambahan upacara. Pasti ada tambahan. Ada penglukatan bagi semua staf. Diawali dengan mecaru, pembersihan. Kemarin juga kami sudah ngemargiang prayascita di lokasi kejadian. Dilanjutkan besok (Kamis 12 Desember) pecaruan kecil di tempat kejadian. Nanti tanggal 14 Desember kami pusatkan di Pura Wana untuk pecaruan juga. Upacara dipimpin oleh Sulinggih. Upacara memang cukup besar," ujarnya.
Kata dia, upacara dilakukan sebagai bentuk permohonan maaf kepada alam.
Sebab sebagaimana keyakinan umat Hindu di Bali, setiap musibah tak terlepas dari adanya kesalahan yang dilakukan oleh manusia terhadap alam.
"Mudah-mudahan, ini bentuk permohonan maaf kami. Secara niskala mungkin ada hal yang menyebabkan situasi ini terjadi, kelalaian kita, kesalahan kita yang tidak sengaja atau sengaja. Lewat upacara ini, kita memohon agar tidak lagi terjadi. Ini berkaitan dengan bencana, dimana pun bisa terjadi, tetapi bagaimana kita minta perlindungan dari sesuhunan di objek ini, di Pura Dalem juga. Karena objek ini ada Pura Dalem, Prajapati, Beji dan Pura Wana. Mudah-mudahan, tidak terulang kembali," ujarnya. (*)
Kumpulan Artikel Gianyar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.