bisnis

NAIK Harga Pangan! Cabai, Gula dan Bawang, Imbas Permintaan Tinggi di Akhir Tahun 2024

Trend kenaikan harga pangan pada akhir tahun disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan namun tak diimbangi oleh peningkatan suplai.

Freepik/pvproductions
Berdasarkan Data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Minggu (29/12) pukul 12:12 WIB harga bawang merah naik 0,27% menjadi Rp 40.930 per kg, bawang putih naik 0,61% menjadi Rp 42.740 per kg, cabai merah keriting naik 0,84% menjadi Rp 47.880 per kg, dan cabai rawit merah naik 0,21% menjadi Rp 57.650 per kg. 

TRIBUN-BALI.COM  - Trend kenaikan harga pangan pada akhir tahun disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan namun tak diimbangi oleh peningkatan suplai.

Harga bahan pokok naik pada periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025. Beberapa komoditas seperti bawang merah, bawang putih, cabai hingga gula alami lonjakan harga. 

Berdasarkan Data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Minggu (29/12) pukul 12:12 WIB harga bawang merah naik 0,27 persen menjadi Rp 40.930 per kg, bawang putih naik 0,61% menjadi Rp 42.740 per kg, cabai merah keriting naik 0,84% menjadi Rp 47.880 per kg, dan cabai rawit merah naik 0,21% menjadi Rp 57.650 per kg.

Kemudian, daging sapi murni naik 0,47% menjadi Rp 136.020 per kg, daging ayam ras naik 0,05% menjadi Rp 37.770 per kg, gula konsumsi naik 0,22% menjadi Rp 18.060 per kg dan ikan kembung naik 0,44% menjadi Rp 39.030 per kg. 

Sementara itu beberapa komoditas lainnya, mulai beras, kedelai, telur, tepung hingga minyak goreng alami penurunan harga.

Harga beras jenis medium turun 0,30% menjadi Rp 13.460 per kg, beras jenis SPHP turun 0,08% menjadi Rp 12.490 per kg, kedelai biji kering impor turun 0,19% menjadi Rp 10.340 per kg, telur ayam ras turun 0,06% menjadi Rp 30.910 per kg. 

Baca juga: Dua Orang Tewas Setelah Tabrak Pantat Truk di Bangli, Dadan dan Wayan Kustiawan Tewas di Tempat

Baca juga: Jenazah PMI Bali Meninggal di Turki Tiba di Rumah Duka, Keluarga Gelar Upacara Pengabenan 2 Januari

 Berdasarkan Data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Minggu (29/12) pukul 12:12 WIB harga bawang merah naik 0,27% menjadi Rp 40.930 per kg, bawang putih naik 0,61% menjadi Rp 42.740 per kg, cabai merah keriting naik 0,84% menjadi Rp 47.880 per kg, dan cabai rawit merah naik 0,21% menjadi Rp 57.650 per kg.
Berdasarkan Data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Minggu (29/12) pukul 12:12 WIB harga bawang merah naik 0,27% menjadi Rp 40.930 per kg, bawang putih naik 0,61% menjadi Rp 42.740 per kg, cabai merah keriting naik 0,84% menjadi Rp 47.880 per kg, dan cabai rawit merah naik 0,21% menjadi Rp 57.650 per kg. (Freepik/jcomp)

Tepung terigu curah turun 0,20% menjadi Rp 10.110 per kg, tepung kemasan 0,23% menjadi Ro 13.080 per kg, garam halus beryodium turun 0,09% menjadi Rp 11.590 per kg, ikan bandeng turun 1,49% menjadi Rp 33.690 per kg dan ikan tongkol turun 1,10% menjadi Rp 32.490 per kg. Selanjutnya, jagung di tingkat peternak turun 0,66% menjadi Rp 6.040/kg dan minyak goreng curah turun 0,17% menjadi Rp 17.570 per liter. Kemudian harga beras premium tidak mengalami perubahan harga atau stabil Rp 15.440/kg dan minyak goreng kemasan stabil sederhana stabil Ro 18.810 per liter.
Pengamat Pertanian Center of Reform on Economics (Core) Eliza Mardian mengatakan bahwa kenaikan harga pangan di akhir tahun selama momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025 memang umum terjadi. “Secara pattern, menjelang Nataru harga-harga pangan memang relatif lebih mahal. Karena adanya peningkatan demand, sementara dari sisi supply relatif tetap,” kata dia, Minggu (29/12).
Namun demikian, Eliza memproyeksi, kenaikan harga pan

gan itu juga sedikit banyak terstimulasi oleh wacana penerapan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada tahun depan.

Meskipun kenaikan PPN menjadi 12% tak berdampak langsung pada sejumlah komoditas pangan, akan tetapi Eliza menyebut peningkatan harga bakal tetap terjadi lantaran adanya tambahan biaya logistik hingga upah tenaga kerja. 

“Karena upah tenaga kerja harus disesuaikan, maka komponen biaya produksi dan biaya logistik ini akan menyesuaikan, menjadi meningkat. Ujung-ujungnya karena biaya produksi &  distribusi meningkat, maka harga produk tersebut dapat ikut terkerek,” tuturnya.

Di samping itu, bayang-bayang kenaikan harga pangan juga bakal terus berlanjut lantaran La Nina hingga cuaca ekstrem bakal mengganggu produksi pertanian nasional.  

“Kemudian, kita perlu waspadai inflasi yang akan melambung akibat kebijakan PPN 12% yang secara tidak langsung dapat mengerek harga lainnya. Apalagi jika dari sisi supply mengalami penurunan akibat kurang optimalnya mitigasi dari La Nina dan ditambah akan ada peningkatan demand di kuartal I/2025 karena momentum Ramadan dan Lebaran,” tegasnya.

Sementara itu, Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan bahwa kenaikan harga pangan hanya akan terjadi sementara waktu seperti pada momen Nataru. “Ini gejala temporer. Bahwa tahun baru ada peluang kenaikan permintaan, ya. Tapi tidak besar kenaikannya,” kata Khudori.

Menurutnya, kenaikan harga sejumlah komoditas pangan ini juga disebabkan oleh produksi yang naik-turun (fluktuatif) dan belum ada ramuan yang tepat dari pemerintah untuk mengentaskan masalah tersebut. “Produk hortikultura, seperti bawang dan cabai, itu memang fluktuatif produksinya. Itu yang membuat harganya fluktuatif, sampai sekarang pemerintah belum menemukan obatnya,” tandasnya.

Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi komponen harga bergejolak secara bulanan yang didominasi komoditas pangan pada Desember 2023 berada di angka yang cukup baik, yakni di 1,42%. 

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved