Berita Gianyar

Waspada Bahaya Penyakit Gondongan Mengancam Anak-anak, Ini Gejala & Pencegahannya Kata Dokter Putri

Penyakit gondongan, juga dikenal sebagai parotitis, adalah infeksi virus yang mempengaruhi kelenjar parotis (kelenjar ludah) di kedua sisi wajah, deka

Pixabay
ILUSTRASI - Menurut Dokter Putu Dharma Putri Mahastuti, S.Ked, infeksi virus ini biasanya menyerang kelenjar parotis atau kelenjar air liur yang berfungsi untuk memproduksi air liur. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Gondongan yang dikenal juga sebagai parotitis atau mumps, merupakan penyakit menular yang disebabkan infeksi virus dari golongan Paramyxovirus.

Saat ini terjadi peningkatan kasus di beberapa daerah di Indonesia. Faktor utama peningkatan kasus gondongan adalah akibat rendahnya cakupan vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella). 

Menurut Dokter Putu Dharma Putri Mahastuti, S.Ked, infeksi virus ini biasanya menyerang kelenjar parotis atau kelenjar air liur yang berfungsi untuk memproduksi air liur.

Sehingga keluhan yang muncul berupa pembengkakan pada  daerah pipi, pada satu sisi atau bahkan keduanya.

Hal itu menimbulkan nyeri saat mengunyah dan menelan, demam, sakit kepala, penurunan nafsu makan hingga kelelahan.

Baca juga: WNA Korsel Pendaki Gunung Agung Diduga Tewas Akibat Terjatuh

Baca juga: BREAKING NEWS! WNA Korea Selatan yang Hilang Saat Mendaki Gunung Agung di Bali Ditemukan Meninggal

Menurut Dokter Putu Dharma Putri Mahastuti, S.Ked, infeksi virus ini biasanya menyerang kelenjar parotis atau kelenjar air liur yang berfungsi untuk memproduksi air liur.
Menurut Dokter Putu Dharma Putri Mahastuti, S.Ked, infeksi virus ini biasanya menyerang kelenjar parotis atau kelenjar air liur yang berfungsi untuk memproduksi air liur. (ISTIMEWA)

"Gondongan lebih sering terjadi pada anak-anak berusia 2 hingga 14 tahun, tetapi dapat juga menyerang individu dari segala usia.

Penyakit ini umumnya dapat sembuh dengan sendirinya, namun juga dapat terjadi komplikasi serius, seperti peradangan otak (meningitis) dan infeksi paru (pneumonia)," ujar Dokter Putri.

Selain itu, lanjutnya, juga dapat terjadi peradangan testis (orchitis) pada pria dan peradangan indung telur (ovaritis) pada wanita.

"Penularan infeksi Paramyxovirus sangat mudah melalui percikan air liur/droplet dari penderita saat batuk atau bersin bahkan saat berbicara.

Maka dari itu, untuk menghindari terpapar virus ini, sangat dianjurkan agar tidak kontak langsung dengan penderita atau isolasi penderita selama lima hari setelah demam," ujarnya.

Dokter Putri juga menyarankan langkah untuk terhindar dari penularan gondongan ini, yakni jangan berbagi alat makan dan minum, menggunakan masker agar tidak menghirup percikan air liur saat penderita batuk, bersin atau berbicara, serta menjaga kebersihan dan rajin mencuci tangan agar virus yang menempel di benda sekitar tidak masuk ke hidung dan mulut. 

"Saat ini terjadi kesenjangan imunitas di masyarakat akibat cakupan vaksin MMR yang rendah, sehingga penyebaran infeksi virus ini sangat mudah terutama di kalangan anak-anak yang belum divaksin.

Vaksinasi dengan vaksin MMR  dianggap sebagai langkah pencegahan yang efektif terhadap gondongan.

Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan cakupan vaksinasi, kesadaran tentang pentingnya imunisasi/vaksinasi dan perilaku hidup bersih sangat diperlukan untuk mencegah wabah gondongan lebih lanjut di Indonesia," ujar Dokter Putri.  

Penyakit gondongan, juga dikenal sebagai parotitis, adalah infeksi virus yang mempengaruhi kelenjar parotis (kelenjar ludah) di kedua sisi wajah, dekat telinga. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh virus paramyxovirus.

Gejala Umum

1. Pembengkakan dan peradangan pada kelenjar parotis
2. Demam
3. Sakit kepala
4. Nyeri saat mengunyah atau berbicara
5. Kehilangan nafsu makan
6. Kelelahan

Penyebab dan Faktor Risiko

1. Virus paramyxovirus
2. Kontak langsung dengan penderita
3. Tidak mendapatkan vaksinasi MMR (Mumps, Measles, Rubella)
4. Kurangnya kekebalan tubuh
5. Usia anak-anak dan remaja

Diagnosis

1. Pemeriksaan fisik
2. Tes darah untuk mendeteksi antibodi
3. Tes PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendeteksi virus
4. Pemeriksaan ultrasonografi atau CT scan untuk memastikan diagnosis

Pengobatan

1. Istirahat dan hidrasi yang cukup
2. Mengonsumsi obat pereda nyeri dan demam
3. Menggunakan kompres hangat pada area pembengkakan
4. Vaksinasi MMR untuk mencegah infeksi ulang
5. Pengobatan suportif untuk mengurangi gejala

Pencegahan

1. Vaksinasi MMR
2. Mencuci tangan secara teratur
3. Menghindari kontak dengan penderita
4. Menggunakan masker saat berada di sekitar penderita
5. Meningkatkan kekebalan tubuh dengan gaya hidup sehat

Komplikasi

1. Infeksi telinga
2. Meningitis (radang selaput otak)
3. Orkitis (radang testis)
4. Infeksi ginjal
5. Kehamilan ektopik

Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved