Promo Produk
Tingkat Konsumsi Ramen dan Sushi di Bali Naik Hingga 70 Persen
Chintya Zahra, menyatakan bahwa Bali, khususnya Denpasar, memiliki potensi besar untuk pasar makanan Jepang.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Kuliner asal Jepang Ramen dan Sushi menjadi salah satu makanan yang diminati warga Bali.
Hal ini terlihat dari antusiasme masyarakat terhadap restoran yang menawarkan kedua jenis makanan tersebut.
Tidak hanya dari segi rasa, harga terjangkau juga menjadi daya tarik utama.
Salah satu gerai kuliner baru di Living World Mall, RamenYA! X SushiYA, dengan menu ramen hanya mulai dari Rp 28 ribu per porsi dan bahkan sushi yang dapat dinikmati mulai dari Rp 3 ribu per porsi.
Baca juga: MERIAH Perayaan Tahun Baru 2025 di Pasar Umum Negara! Ada Kembang Api, Artis Hingga Stand Kuliner
Marketing Manager RamenYA! X SushiYA, Chintya Zahra, menyatakan bahwa Bali, khususnya Denpasar, memiliki potensi besar untuk pasar makanan Jepang.
Hal ini menjadi alasan dibukanya gerai baru di kawasan tersebut.
“Pasar di Denpasar itu sangat besar, karena memang ini kota utama di Bali. Kita juga melihat banyak pecinta ramen dan sushi yang meminta kami untuk hadir di sini. Jadi, ini adalah bentuk respons terhadap permintaan mereka,” jelasnya, Sabtu 18 Januari 2025.
Menurut Chintya, kombinasi ramen dan sushi dalam satu gerai juga menjawab tren konsumen yang menginginkan variasi menu dalam satu tempat.
Ia menambahkan bahwa kuliner Jepang semakin populer di berbagai platform media sosial, terutama TikTok, yang ikut mendongkrak popularitas menu-menu andalan.
“Menu sushi kami lagi viral di TikTok. Banyak yang penasaran dan akhirnya mencoba. Selain itu, kami juga berusaha membuat harga yang sangat terjangkau, mulai dari Rp 3.000 per porsi untuk sushi. Ada juga pilihan lain dengan harga Rp 6.000 dan Rp 12.000. Ini membuat makanan Jepang semakin bisa dinikmati oleh semua kalangan,” jelasnya.
Selain harga yang kompetitif, Chintya menekankan bahwa seluruh menu yang ditawarkan di gerai Bali tidak mengandung daging sapi, sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya lokal.
“Untuk di Bali, kami tidak menyediakan beef, ini sudah menjadi kebijakan seluruh gerai kami di sini,” imbuhnya.
Chintya juga mengungkapkan bahwa peminat makanan Jepang di Indonesia secara keseluruhan terus bertambah.
Bahkan, grup mereka mencatat peningkatan konsumsi sebesar 50 hingga 70 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal ini memotivasi mereka untuk terus memperluas jaringan gerai di berbagai wilayah, termasuk kemungkinan membuka cabang di luar Denpasar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.