bisnis

Harga Gabah di Jembrana Belum Sentuh HPP, Terkendala Sejumlah Faktor di Lapangan, Rp6.500 Perkilo

Hanya saja, untuk di Gumi Makepung harganya masih bervariasi dan belum menyentuh sesuai aturan HPP pusat tersebut. 

ISTIMEWA
Salah satu kawasan subak yang sudah memulai masa tanam padi di Kecamatan Jembrana, Jumat 24 Januari 2025 kemarin. 

TRIBUN-BALI.COM - Pemerintah Pusat telah mulai memberlakukan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), untuk gabah senilai Rp6.5000 per kilogram pada pertengahan bulan Januari 2025 lalu.

Hanya saja, harga tersebut belum sepenuhnya bisa berlaku di Jembrana. Banyak faktor penyebab yang jadi harga gabah di Gumi Makepung di bawah itu. Salah satunya adalah karena kualitas gabah di Jembrana yang belum maksimal. 

Menurut Kepala Bidang Pertanian, Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Komang Ngurah Arya Kusuma, HPP gabah sesuai aturan pemerintah pusat senilai Rp6.500 per kilogram, sudah mulai berlaku di Indonesia termasuk Jembrana.

Hanya saja, untuk di Gumi Makepung harganya masih bervariasi dan belum menyentuh sesuai aturan HPP pusat tersebut. 

Baca juga: WNA Rusia di Bali Berulah Lagi, Tak Mau Bayar Retribusi ke Nusa Penida, Debat Untung Tak Salam Bogem

Baca juga: PUTU A Maling Berkali-kali di Warung Wayan Loji di Klungkung, Ditangkap Subuh Saat Congkel Warung!

"Sudah (HPP gabah berlaku). Tapi di lapangan (petani) harganya masih bervariasi," kata Arya Kusuma saat dikonfirmasi. 

Dia menyebutkan, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani wilayah Jembrana mulai dari Rp5.800 hingga Rp6.300 per kilogramnya. Artinya harga tersebut masih dibawah HPP yang jadi kebijakan pusat, yakni Rp6.500 per kilogramnya. 

"Masih di bawah HPP Rp6.500," sebutnya. Disinggung mengenai penyebab harga gabah yang belum menyentuh angka HPP tersebut, Arya mengakui ada sejumlah faktor penyebab.

Diantaranya karena HPP tersebut mempersyaratkan kadar air, dan kadar biji hampa tertentu. Hal tersebut berkaitan dengan ketepatan waktu panen, kualitas gabah serta faktor lainnya yang tentu saja berpengaruh pada harga jual.

"Termasuk juga berkaitan dengan aksebilitas sawah, jenis alsin (alat dan mesin) panen yang digunakan. Serta dipengaruhi oleh musim dan harga pasar di lapangan," sebutnya.  

Meskipun begitu, kata dia, ia berharap ke depannya harga gabah di Jembrana khususnya bakal perlahan menyentuh sesuai HPP. Ia mengharapkan peran seluruh petani serta pemangku kepentingan untuk bekerja sama mewujudkannya. 

"Astungkara ke depan pasti tercapai (HPP) sehingga ketika terjadi panen padi petani kita bisa merasakan keuntungan untuk keluarga mereka," harapnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved