bisnis
Inflasi Diproyeksi Turun Pada Januari 2025, Simak Kata Ekonom Berikut Ini
Ke depan, setelah perlambatan yang cukup signifikan di tahun 2024, Josua meramal inflasi di tahun 2025 akan terus dipengaruhi oleh low base effect.
TRIBUN-BALI.COM - Indeks harga konsumen (IHK) diproyeksi turun pada Januari 2025. Berkurangnya permintaan pasca liburan akhir tahun menjadi penyebab inflasi di awal 2025 turun.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, inflasi pada Januari 2025 akan sebesar 0,40 persen month to month (mom). Inflasi ini tercatat turun bila dibandingkan bulan Desember 2024 sebesar 0,45% mtm.
Adapun inflasi tercatat turun karena inflasi kelompok harga bergejolak secara bulanan diperkirakan sebesar 1,71% mtm, sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mengalami kenaikan 2,04% mom.
“Inflasi harga bergejolak cenderung menurun dibandingkan bulan sebelumnya, seiring dengan berkurangnya permintaan dari musim liburan (Desember 2024),” tutur Josua, Minggu (2/2).
Sementara itu, Josua memperkirakan, inflasi harga yang diatur pemerintah secara bulanan diperkirakan akan stabil, karena pemerintah tidak melakukan penyesuaian harga yang signifikan untuk energi atau barang atau jasa lainnya.
Baca juga: Penyaluran Kredit UMKM Melambat, BI: Penyaluran Kredit Hanya Tumbuh 3 Persen, OJK Optimistis 2025
Baca juga: Fakultas Hukum Universitas Ngurah Rai Resmi Sandang Akreditasi Unggul, Targetkan Mahasiswa Kian Naik
Kemudian, inflasi inti diproyeksikan sedikit meningkat menjadi 0,18% mtm dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan harga emas.
Meski demikian, inflasi secara tahunan diperkirakan meningkat dari 1,57% year on year (YoY) pada Desember 2024, menjadi 1,94% YoY pada Januari 2025, mendekati tengah kisaran target.
“Sebaliknya, inflasi IHK inti tahunan diperkirakan turun tipis menjadi 2,24% YoY dari 2,26% YoY di Desember 2024,” ungkapnya.
Sejalan dengan itu, inflasi harga yang diatur pemerintah diperkirakan sebesar 1,05% yoy, sedangkan indeks harga bergejolak diperkirakan mengalami inflasi sebesar 1,82% YoY.
Lebih lanjut, Josua memperkirakan inflasi tahun ini akan meningkat menjadi 2% YoY, sejalan dengan revisi aturan kenaikan tarif PPN oleh pemerintah. Meski begitu, inflasi diperkirakan akan tetap berada dalam target kisaran Bank Indonesia (BI) sebesar 1,5% hingga 3,5% di akhir tahun ini.
“Sebelumnya, kami menilai inflasi domestik berpotensi meningkat hingga 3% pada tahun 2025. Namun, pengumuman pemerintah baru-baru ini terkait revisi kebijakan tarif PPN dapat membatasi dampaknya terhadap inflasi,” ungkapnya.
Ke depan, setelah perlambatan yang cukup signifikan di tahun 2024, Josua meramal inflasi di tahun 2025 akan terus dipengaruhi oleh low base effect.
Terlepas dari faktor-faktor yang didorong oleh kebijakan, Ia berharap aka nada antisipasi kenaikan inflasi karena pemulihan permintaan konsumen yang sedang berlangsung, yang berpotensi menyebabkan peningkatan inflasi sisi permintaan yang moderat. (kontan)
| PRODUK Rempah dan Bumbu RI Peroleh Potensi Transaksi Rp 239,4 Miliar di Belanda |
|
|---|
| ANCAM UMKM Gurita Bisnis Ritel, Menteri Maman Sebut Harus Simbiosis Mutualisme! |
|
|---|
| Kenaikan Telur dan Ayam Sumbang Inflasi Oktober 2025 |
|
|---|
| PERLUAS Kopi Kintamani & Kerajinan Bambu Bangli, Disperindag Gelar Exhibition and Business Gathering |
|
|---|
| PREMI Asuransi Properti Tumbuh 7,2 Persen, Kendaraan Bermotor Turun 5 Persen |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.