bisnis
ASPI Sebut Tak Akan Dongkrak Pendapatan PJP dari QRIS Tap
Meski bakal mendongkrak transaksi QRIS, hal tersebut tak akan signifikan meningkatkan pendapatan berbasis komisi dari Penyedia Jasa Pembayaran (PJP).
TRIBUN-BALI.COM - Bank Indonesia (BI) telah meluncurkan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) berbasis Near Field Communication (NFC) atau biasa dikenal QRIS Tap. Meski bakal mendongkrak transaksi QRIS, hal tersebut tak akan signifikan meningkatkan pendapatan berbasis komisi dari Penyedia Jasa Pembayaran (PJP).
Ketua Umum Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Santoso Liem mengatakan, meskipun transaksi QRIS terus mengalami peningkatan tiap tahunnya, PJP tak banyak mendapat berkah dari itu. Alasannya, BI juga memberikan insentif pembebasan biaya Merchant Discount Rate (MDR) untuk transaksi tertentu.
Seperti diketahui, rata-rata transaksi QRIS dalam beberapa tahun terakhir ada di kisaran 180 persen per tahun. Di mana, nilai transaksi QRIS tiap tahunnya mampu mencatat sekitar Rp 85 triliun hingga Rp 90 triliun tiap tahunnya.
Baca juga: MACET Parah, Lomba Ogoh-ogoh di Puspem Badung, Dishub Sebut Penonton Tak Seperti HUT Mangupura
Baca juga: BENTROK di Malra Tewaskan 2 Orang & 16 Luka, 9 Polisi Terluka di Bentrok Antar 2 Kelompok Pemuda!
Sementara itu, ada kebijakan BI yang membebaskan biaya MDR QRIS 0% untuk transaksi hingga Rp500.000 di merchant Usaha Mikro (UMi). Tujuan dari kebijakan tersebut untuk meningkatkan inklusi keuangan dan memperkuat pertumbuhan ekonomi.
“Kalau kita berbicara total merchant itu kan ada 37 juta, hampir 95% itu berada di kecil dan mikro, terutama mikro yang paling banyak. Jadi artinya majority dari populasi merchant itu banyakan MDRnya 0%,” ujar Santoso, kemarin.
Lebih lanjut, Santoso bilang alih-alih pendapatan komisi dari QRIS naik, PJP justru harus mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan teknologi. Oleh karenanya, ia bilang bahwa selama ini bank hanya mendapatkan margin yang kecil dari transaksi QRIS ini.
“Ya pasti ada margin, tapi terus terang bank belum melakukan kalkulasi apakah kita untung atau tidak, setidaknya kalau yang menengah besar bisa mengurangi kerugian,” ujar Santoso.
Sebelumnya, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Dicky Kartikoyono pada Jumat (14/3) mengungkapkan perluasan fitur QRIS Tap ini memang diharapkan bisa meningkatkan nilai transaksi, selain juga meningkatkan inklusi. Maklum, BI memiliki roadmap terkait target-target nilai transaksi QRIS di beberapa tahun mendatang.
Jika mengacu pada Buku Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2024, BI memperkirakan nilai transaksi QRIS hingga 2027 bisa mencapai Rp 750,3 triliun. Di mana, rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya setidaknya mencapai sekitar Rp 97 triliun.
Dicky pun mengatakan bahwa selama ini nilai transaksi QRIS rata-rata per tahun ada di kisaran Rp 86 triliun hingga Rp 90 triliun.
Ia optimistis dengan adanya QRIS Tap ini, secara transaksi tahunan setidaknya bisa ada di kisaran Rp 90 triliun hingga Rp 95 triliun. “Dengan adanya teknologi yang asumsinya cepat di perkotaan, transportasi, ini penggunanya akan naik,” ujar Dicky. (kontan)
Setyanto Hantoro Ungkapkan Komitmen Danantara, untuk Jadikan Indonesia Pusat Data Regional di Batic |
![]() |
---|
BRI Finance Genjot Transformasi Bisnis |
![]() |
---|
OKUPANSI Mal di Kisaran 75Persen, Bisnis Pusat Perbelanjaan Moderat, Dampak Masuknya Investasi Asing |
![]() |
---|
PUTUS Rantai Kemiskinan, BPJS Ketenagakerjaan Banuspa dan Pemrov Papua Selatan Teken MoU Jamsostek! |
![]() |
---|
HARGA Beras Tembus Rp15.500 Per Kg, Zulhas Sebut Terus Alami Kenaikan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.