Berita Buleleng

PENGALAMAN PAHIT Nengah dan Kadek Asal Buleleng, Berpura-pura Jadi Perempuan Hingga Disetrum

PENGALAMAN PAHIT Nengah dan Kadek Asal Buleleng, Berpura-pura Jadi Perempuan Hingga Disetrum

istimewa
KRONOLOGI 2 Warga Buleleng Kadek Agus dan Nengah Disiksa Hingga Disetrum, Viral Video di Myanmar 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Tak pernah terlintas di benak dua pria Buleleng bakal mengalami penyiksaan di negeri orang, bahkan keduanya disetrum hingga disuruh berpura-pura jadi perempuan.

Demikian pengakuan korban Tindak Pidana Perdagangan Orang atau TPPO di Myanmar, Nengah Sunaria.

Niat awal keduanya merantau ke Myanmar untuk memperbaiki ekonomi keluarga, malah jadi korban TPPO.

Pengakuan pria asal Desa Jinengdalem, Kecamatan Buleleng itu, mereka mengalami penyiksaan yang cukup keji.

Sunaria yang ditemui di kediamannya menceritakan, keberangkatannya ke Myanmar berawal dari perkenalannya dengan Komang B alias Katak.

Ia selanjutnya ditawari Katak pekerjaan sebagai admin judi online

"Saya ditawari menjadi admin judi online di Kamboja. Tapi saya tolak karena saya tidak memahami komputer. Saya lebih memilih bekerja di restoran karena basic saya adalah bartender," ucapnya, Selasa (25/3/2025).

Hingga tak berselang lama, korban TPPO ini kembali mendapat tawaran dari Katak.

Kepada korban, Katak mengaku bos-nya mencari pegawai di restoran.

Sehingga Sunaria langsung mengambil tawaran tersebut. 

"Saya dimintai uang Rp 5 juta. Kemudian saya berangkat dari Bali ke Jakarta pada Agustus 2025. Saat itu ada dua orang yang dari Buleleng. Yakni Saya dan Kadek Agus Ariawan," jelasnya. 

Di Jakarta, dua pria Buleleng ini bertemu rombongan lain dari berbagai daerah yang belakangan juga menjadi korban TPPO.

Selanjutnya pada korban TPPO ini diberangkatkan ke menuju Thailand dengan transit di Malaysia.

"Tiba di Thailand kami menempuh jalur darat. Hingga tiba di kawasan hutan perbatasan Myanmar - Thailand.

Disitulah saya merasa ini tidak benar. Apalagi saya melihat banyak tentara bersenjata," ucapnya. 

Setibanya di perusahaan, dua korban TPPO asal Buleleng ini ditempatkan pada divisi yang sama.

Kedua korban TPPO ini dipaksa menipu dengan berpura-pura sebagai perempuan, untuk menguras uang pria.

Apabila tidak memenuhi target, maka penyiksaan telah menanti di depan mata mulai dari disetrum hingga dipukuli.

"Hampir setiap hari saya alami penyiksaan karena tidak mencapai target. Saya disetrum hingga dipukuli.

Tak jarang juga saya disuruh olahraga. Tapi itupun tidak manusiawi. Karena saya disuruh jongkok-bangun dengan mengangkat galon," sebut pria asal Buleleng itu.

Rentetan penyiksaan inilah yang membuat Sunaria trauma, kendati sejak tanggal 21 Maret 2025 ia sudah pulang ke Buleleng.

Sunaria mengatakan ia masih kerap merasa panik saat mendengar suara benturan maupun petir.

"Bahkan untuk tidur pun saya tidak bisa nyenyak. Baru tidur dua jam, langsung terbangun. Sering seperti itu," ungkapnya. 

Sunaria mengaku kapok mencari peruntungan kerja ke luar negeri. Sebab sebelum menjadi korban TPPO, pria 35 tahun itu mengaku pernah ditipu salah satu agen penyalur tenaga kerja.

Tak tanggung-tanggung ia mengalami kerugian senilai Rp 58 juta.

"Saat itu saya dijanjikan bekerja ke Australia. Setelah yang saya alami ini, rasanya sudah cukup.

Saya memilih bekerja di Bali saja. Tapi untuk saat ini, saya mau istirahat dulu," tandasnya.

Kapolres Buleleng 

Kapolres Buleleng, AKBP Ida Bagus Widwan Sutadi memberikan atensi khusus terkait kasus TPPO.

Kapolres telah mengunjungi kediaman salah satu korban TPPO, Nengah Sunaria di Desa Jinengdalem, Kecamatan Buleleng, Selasa (25/3/2025). 

Pada kesempatan itu, Kapolres Buleleng mendengar pengalaman buruk Sunaria ketika menjadi korban TPPO di Myanmar

Kapolres yang ditemui usai kunjungan mengatakan secara pribadi ia turut bersimpati dan berempati kepada dua korban TPPO asal Buleleng.

Apalagi kedua korban mengalami penyiksaan hampir tiap hari. 

"Saya merasa sedih, turut bersimpati dan berempati terhadap keadaan masyarakat kami, Nengah Sunaria," ucapnya.

Kapolres mengatakan, kasus TPPO ini sudah dilaporkan ke Polres Buleleng pada September 2024.

Pada laporan itu ada dua warga Buleleng yang menjadi korban. Yakni Nengah Sunaria dan Kadek Agus Ariawan.  

Mengenai laporan TPPO tersebut, Polres Buleleng mengaku sudah melakukan penyelidikan. 

Setidaknya sudah ada 10 saksi yang dimintai keterangan.

Mulai dari pelapor, saksi-saksi perekrutan, pihak maskapai, hingga Imigrasi mengenai perjalanan pasppornya.

"Kami juga sudah koordinasikan penanganan ke Bareskrim Tipidum bagian TPPO.

Termasuk ke Kemenlu, kami sampaikan data-data perkembangan tindak lanjut. Kami menyadari lapis kemampuan kami tidak mampu karena itu sudah antar negara," katanya.

Dalam menggali keterangan saksi, pihaknya juga terhambat karena kedua saksi korban TPPO asal Buleleng itu belum bisa dimintai keterangan. 

Mengingat dua saksi korban baru pulang dari Myanmar pada Jumat (21/3/2025), terlebih saat ini masih dilanda trauma akibat penyiksaan, maka pemeriksaan akan ditunda sementara. 

"Mungkin saat ini Pak Nengah Sunarya istirahat dulu, karena kebetulan mau hari raya. Dan beliau tadi menyampaikan masih ada sedikit trauma. Nanti setelah kondisinya stabil, baru kami minta keterangan," jelas Kapolres Buleleng.

Dia juga mengungkapkan jika terlapor kasus TPPO yakni Komang B alias Katak, identitasnya sudah diketahui.

Hanya saja saat ini keberadaan Katak diduga masih di luar negeri, yakni di Kamboja. 

Pada kesempatan ini, Polres Buleleng juga mengimbau ke masyarakat agar tidak mudah tergiur tawaran pekerjaan ke luar negeri dengan gaji besar.

 Sebab dikhawatirkan masyarakat justru terjerumus menjadi pekerja ilegal dan kasus TPPO seperti yang terjadi di Myanmar.

"Lebih baik komunikasi dulu dengan pemerintah atau instansi yang membidangi. Sehingga tidak ada lagi masyarakat lain yang menjadi korban TPPO," tandasnya. (mer)

 

 

 

 

 

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved