Berita Gianyar
Pelayanan Obat di RSUD Sanjiwani Gianyar Bali Dinilai Lamban, Ariyuni: Kami Koordinasikan
seorang keluarga pasien harus menunggu selama empat jam, dari pukul 11.00 hingga 15.00 WITA.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Pengambilan obat di sejumlah rumah sakit di Bali, biasanya memang membutuhkan waktu.
Terlebih lagi obat khusus, yang harus diracik oleh apoteker. Lazimnya, pasien atau keluarga pasien paling lama menunggu 30 sampai 60 menit.
Namun kondisi berbeda terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sanjiwani milik Pemkab Gianyar.
Sejak beberapa hari lalu, pelayanan obat di Rumah Sakit Sanjiwani Gianyar dikeluhkan oleh keluarga pasien, karena dinilai terlalu lama.
Baca juga: 4.000-an Lulusan PPPK di Gianyar Akan Mendapat Tes Narkoba di RSUD Sanjiwani
Bahkan terbaru, seorang keluarga pasien harus menunggu selama empat jam, dari pukul 11.00 hingga 15.00 WITA.
Keluarga pasien mengungkapkan kekesalannya di media sosial dan berharap agar pelayanan obat di rumah sakit dapat ditingkatkan.
Mereka juga meminta penjelasan dari pihak rumah sakit dan Dinas Kesehatan terkait keterlambatan tersebut.
Pelayanan obat yang lambat di Rumah Sakit Sanjiwani Gianyar menimbulkan kekhawatiran bagi pasien dan keluarga mereka.
Pasien yang membutuhkan obat-obatan untuk mengobati penyakit mereka harus menunggu dalam waktu yang lama, sehingga ditakutkan dapat memperburuk kondisi kesehatan pasien.
"Kami sebagai keluarga pasien berharap agar pihak rumah sakit dan Dinas Kesehatan dapat memberikan penjelasan yang jelas terkait keterlambatan pelayanan obat tersebut, dan meningkatkan pelayanan obat di masa depan," ujar seorang keluarga pasien yang enggan disebutkan namanya.
Kepala Dinas Kesehatan Gianyar, Ni Nyoman Ariyuni, Selasa 8 April 2025, belum memberikan penjelasan terkait pelayanan obat yang dinilai lamban.
Sebab pihaknya perlu berkoordinasi terlebih dahulu dengan manajemen RSUD Sanjiwani.
"Kami koordinasikan dengan dirut setempat, apakah memang seperti yang dikatakan oleh masyarakat atau bagaimana," ujarnya.
Ariyuni mengatakan, sejauh ini belum ada laporan adanya pasien yang penyakitnya lebih parah karena keterlambatan obat.
"Belum pernah ada laporan seperti itu," ujarnya. (*)
Kumpulan Artikel Bali

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.