Berita Gianyar
Disuguhi Gong Kebyar, Ribuan Orang Sesaki Alun-Alun Gianyar Bali Dalam HUT Gianyar Ke-254
Karya seni ini mengandung pesan bahwa seni perlu dilindungi dan dijaga, sesuai dengan semboyan Kabupaten Gianyar.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Alun-alum Gianyar, Bali, penuh sesak oleh kehadiran masyarakat penikmat seni karawitan, Senin 4 April 2025 malam.
Malam itu, terdapat pementasan Sekaa Gong Legend Kesuma Tirta Banjar Kawan Tampaksiring bersama Komunitas Seni Sundaram Banjar Kutuh, Desa Sayan, Ubud yang akan menjadi Duta Kabupaten Gianyar dalam Pentas Kesenian Bali (PKB) 2025.
Karena itu, pertunjukan kemarin malam, selain untuk memeriahkan HUT Kabupaten Gianyar, ini juga menjadi ajang pemanasan Komunitas Seni Sundaram sebelum pentas di PKB pada Juli 2025 nanti.
Pentas Gong Kebyar Dewasa diawali dengan penampilan Sekaa Gong Legend Kesuma Tirta melalui Tabuh Raksata Raksita, tabuh ini dapat diartikan sebagai kebenaran yang dilindungi dan dijaga.
Baca juga: Tari Baris Kekupu dan Gaya Lukisan I Gusti Made Deblog dari Denpasar Ditetapkan Jadi WBTB Indonesia
Karya seni ini mengandung pesan bahwa seni perlu dilindungi dan dijaga, sesuai dengan semboyan Kabupaten Gianyar.
Karya ini dibuat oleh Alm. I Ketut Dibya Guna yang tercipta tahun 1978 dan dipentaskan pertama kali di PKB 48 tahun silam.
Sekaa Gong Legend Kesuma Tirta juga menampilkan Tari Baris Tamiang, secara umum menurut Babad Bali, tari baris merupakan tarian pasukan perang.
Tari Baris Tamiang salah satu contoh tari baris sakral yang dipentaskan pada saat upacara-upacara besar yang ada di wilayah Tampaksiring.
Terakhir Sekaa Gong Legend Kesuma Tirta menampilkan, Tabuh Kreasi “Jagra Kasturi” yang diciptakan pada tahun 1974 oleh Alm. I Ketut Dibya Guna untuk misi kesenian ke Osaka Jepang.
Selanjutnya penampilan Komunitas Seni Sundaram mengawali dengan mementaskan Tabuh Lelambatan Cempaka Puyung, karya ini terinspirasi dari keberadaan pohon cempaka, tempat berlangsungnya proses pelatihan garapan ini.
Pohon cempaka tersebut memiliki keunikan batangnya kosong di bagian tengah, namun tumbuh rimbun dan tetap berbunga harum sepanjang musim.
Pohon cempaka dalam pandangan masyarakat juga dipercaya menjadi media penghubung antara alam nyata dan alam roh-roh leluhur.
Seketika penonton diajak menikmati alunan gamelan melalui getaran kehidupan yang terlahir dari ruang hening menuju harmoni abadi.
Komunitas Seni Sundaram juga menampilkan Tari Kreasi Kebyar Dangklung, Kebyar Dangklung sendiri lahir dari semangat dan kekaguman akan eksistensi kesenian rakyat di tengah perkembangan zaman.
Tarian ini terinspirasi dari kesenian Angklung Kocok yang tumbuh dan lestari di Banjar Kutuh, Sayan Ubud yang telah hidup sejak tahun 1930-an.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.