Berita Nasional

TANTANGAN Serius Media Massa di Era Digital, Salah Satunya Hadirnya AI, Simak Penjelasannya!

Hal ini disampaikan Dahlan seusai acara serah terima jabatan (Sertijab) Anggota Dewan Pers 2025-2028 di Kantor Dewan Pers, Jakarta, Rabu (14/5/2025).

ISTIMEWA
AI DEWAN PERS - Ketua Dewan Pers, Komaruddin Hidayat, saat ditemui seusai acara serah terima jabatan (Sertijab) Anggota Dewan Pers di Kantor Dewan Pers, Jakarta, Rabu (14/5/2025) 

Dia menjabarkan dua tantangan utama yang menjadi perhatian mendesak Dewan Pers saat ini. Pertama, disrupsi di industri media yang mengakibatkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai perusahaan pers. 

Kondisi ini, menurut Dahlan, tak hanya berdampak pada para pekerja media, tetapi juga mengancam fungsi media dalam menjaga demokrasi.

"Nah, bagaimana mencegah ini, tetapi juga bagaimana media itu mempunyai sustainability, daya tahan untuk jangka panjang supaya dia tetap menjalankan fungsinya sebagai pilar keempat demokrasi," ujarnya.

Tantangan kedua, kata dia, adalah kemajuan teknologi informasi, termasuk internet dan kecerdasan buatan (AI), yang mengubah cara informasi diproses dan disebarluaskan. 

Dahlan menjelaskan, perubahan ini turut mempengaruhi pembentukan opini publik dan menuntut Dewan Pers untuk mampu beradaptasi dalam ekosistem digital yang terus berkembang.

"Karena dia (AI) bisa memproses dan mendistribusikan informasi dan bagaimana Dewan Pers memposisikan diri dalam ekosistem yang baru ini supaya dia tetap menjalankan fungsinya dengan baik dalam pembentukan opini publik dan menjadi pilar keempat demokrasi," tuturnya.

Ketua Dewan Pers, Komaruddin Hidayat mengatakan, maraknya konten digital yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sebagai ancaman serius bagi dunia pers.

Menurut Komaruddin, sebagian besar konten yang beredar di ruang digital saat ini, terutama di platform seperti YouTube, TikTok, dan media sosial lainnya, hanya mengejar sensasi dan monetisasi tanpa memperhatikan kualitas informasi.

"Jadi praktis semuanya itu merupakan mitra pers, tapi sekaligus juga mengancam pers," kata Komaruddin seusai acara serah terima jabatan (Sertijab) Anggota Dewan Pers di Kantor Dewan Pers, Jakarta, Rabu (14/5/2025).

Dia menjelaskan, perkembangan teknologi dan algoritma telah mengubah cara masyarakat mengakses informasi. 

AI dan media sosial kini bukan hanya menjadi mitra pers dalam menyebarkan informasi, tetapi juga berpotensi merusak ruang publik dengan informasi yang tidak terverifikasi.

"Banyak juga yang spiritnya itu hanya jual sensasi. Mencari follower, monetisasi, dan kadang-kadang isinya sampah-sampah," ujar Komaruddin.

Oleh karena itu, Komaruddin menyebut bahwa tantangan ini bukan hanya tanggung jawab Dewan Pers, tetapi juga harus dihadapi bersama oleh para jurnalis, pendidik, kementerian, dan masyarakat luas. 

Komaruddin menyebut era ini sebagai bentuk baru 'kolonialisme digital' yang menyerang pola pikir dan perilaku masyarakat melalui algoritma yang mengatur konsumsi informasi.

"Karena yang diserang itu sekarang adalah pemikiran dan perilaku masyarakat. Terutama oleh yang disebut digital colonialism. Kolonialisme digital, algoritma, itu mengarahkan perilaku kita. Sekarang kita melihat dunia, itu kan tergantung apa kata handphone," tegasnya.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved