Berita Bali
Mengkhawatirkan, Diabetes Usia Remaja di Bali Tembus 23 Kasus, Klungkung Terbanyak dengan 14 Kasus
Kasus diabetes pada usia remaja di Bali mengkhawatirkan. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali dari hasil deteksi dini gula darah sesuai
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Mengkhawatirkan, Diabetes Usia Remaja di Bali Tembus 23 Kasus, Klungkung Terbanyak dengan 14 Kasus
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Kasus diabetes pada usia remaja di Bali mengkhawatirkan.
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali dari hasil deteksi dini gula darah sesuai kelompok usia 15-17 periode Januari-7 Mei 2025 tercatat total 23 kasus dari jumlah peserta deteksi sebanyak 3.727 orang.
Dari jumlah tersebut terinci, Kabupaten Klungkung terbanyak sebanyak 14 orang, Kabupaten Badung kedua dengan 7 orang, Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar 1 orang.
Sementara Kabupaten Buleleng, Bangli, Jembrana dan Karangasem nihil kasus.
Baca juga: Selain HIV/AIDS, Cacar Api juga Rentan Serang Penderita Diabetes
Dinkes Kabupaten Klungkung pun melakukan skrining terhadap 14 remaja yang terdeteksi diabetes.
Dinkes akan melakukan pemeriksaan ulang untuk penegakan diagnosa dan tindak lanjut pengendalian penyakit.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Klungkung, Ketut Ardana menjelaskan, skrining dengan pengecekan gula darah dilakukan secara masif menyasar remaja berusia 15-17 tahun.
Baca juga: Melawan Diabetes dengan Bengkuang: 5 Tips Sehat yang Harus Anda Ketahui
Dari Januari-Mei 2025, sebanyak 544 remaja telah menjalani pemeriksaan gula darah. Hasilnya, sebanyak 417 orang memiliki kadar gula darah normal, 113 orang masuk kategori pre-diabetes (mengarah diabetes) dan 14 orang terdeteksi diabetes.
“Skrining ini kam baru pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS), artinya tidak bisa langsung dianggap diagnosa. Harus ada pemeriksaan lanjutan,” ungkap Ardana, Kamis (22/5).
Ia mencontohkan, saat skrining terhadap remaja di lapangan beberapa waktu lalu. Petugas dari Dinkes beberapa waktu lalu, ada 2 remaja yang hasil GDS tergolong tinggi melebihi 140 dan 170.
Di saat diminta datang lagi 3 hari selanjutnya ke Puskesmas, hasil pemeriksaannya justru normal.
“Artinya kami tidak bisa mendiagnosa sudah diabetes dari hasil pengecekan GDS. Paling bagus pemeriksaan gula darah puasa. Itu baru bisa digunakan sebagai diagnose,” jelasnya.
Sehigga sebagai tindak lanjut, Dinkes telah meminta Puskesmas untuk melakukan pemetaan nama serta alamat remaja yang terdeteksi pre-diabetes (mengarah diabetes), maupun yang telah terdeteksi diabetes. Termasuk mendeteksi dari data itu, apakah dominan karena ada faktor genetik atau gaya hidup.
“Puskesmas sudah melakukan penelusuran. Kami segera lakukan pertemuan dengan seluruh kepala puskesmas, untuk bahas ini,” jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.