Profil
Profil Roy Suryo, dari Pakar Telematika hingga Mantan Menteri
Roy Suryo atau pemilik nama lengkap K.R.M.T. Roy Suryo Notodiprojo adalah mantan politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri

Profil Roy Suryo, dari Pakar Telematika hingga Mantan Menteri
TRIBUN-BALI.COM - Roy Suryo atau pemilik nama lengkap K.R.M.T. Roy Suryo Notodiprojo adalah mantan politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga di bawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Kabinet Indonesia Bersatu II.
Roy merupakan mantan politikus Partai Demokrat dan pernah menduduki kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Sebagai tokoh yang mengklaim dirinya pakar telekomunikasi dan multimedia, Roy memperoleh status selebritas karena menganalisis dan mengomentari keaslian bukti dalam skandal politik dan selebritas, seperti percakapan telepon yang bocor dan rekaman seks.
Roy Suryo sering menjadi narasumber di berbagai media massa Indonesia untuk bidang teknologi informasi, fotografi, dan multimedia.
Roy Suryo pernah menjadi pembawa acara e-Lifestyle di Metro TV selama delapan tahun dan acara Orbit di TVRI selama tiga tahun .
Ia diakui sebagai pakar informatika dan sering memberi Seminar, Workshop dan Kuliah Umum dibidang Informatika, multimedia, dan telematika.
Roy Suryo menyelesaikan kuliah pada Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (1986-1991), kemudian mengajar di Jurusan Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia tahun 1994-2004.
Ia juga pernah tercatat sebagai pengajar di Program S-1 dan D-3 Komunikasi UGM, mengajar fotografi (SPC-212P) selama delapan semester namun berstatus sebagai dosen tetap di ISI.
Roy Suryo tercatat sebagai salah satu konsultan teknis di situs resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Terakhir, ia tercatat sebagai ketua departemen komunikasi dan informasi di Partai Demokrat, serta sebagai penanggung jawab redaksi di situs resmi Partai Demokrat.
Pada tanggal 15 Januari 2013 Roy Suryo resmi ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga menggantikan Andi Mallarangeng yang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK atas keterlibatannya dalam kasus Korupsi Hambalang.
Riwayat Hidup
Roy Suryo lahir dengan nama Raden Mas Roy Suryo Udoro di Yogyakarta pada tanggal 18 Juli 1968 dari pasangan Prof. Dr. Kanjeng Pangeran Haryo Soejono PH, SpS., SpKJ dan Raden Ayu Soeratmiyati Notonegoro.
Pada tanggal 10 Desember 1994, Roy Suryo menikah dengan Ririen Suryo, SH, CN, MH. Atau lebih dikenal Ismarindayani Priyanti atau akrab disapa Ririen.
Mereka bertemu saat keduanya masih kuliah di kampus yang sama, yaitu Universitas Gadjah Mada. Saat itu Ririn kuliah di Fakultas Hukum sedangkan Roy Suryo kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi.
Ririen berkarier di dunia perbankan, sampai menduduki jabatan Regional Wealth Manager Bank Mandiri Kantor Wilayah Jakarta Thamrin sebelum akhirnya mengundurkan diri untuk fokus mendampingi Roy Suryo menjalani tugas-nya sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga.
Pendidikan
Roy Suryo menamatkan pendidikan dasar di SD Netral C Yogyakarta, SMP Negeri 5 Yogyakarta, dan SMA Negeri 3 Yogyakarta.
Kemudian, ia menyelesaikan kuliah pada Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Gadjah Mada (1986-1991). Ia lalu mengajar di Jurusan Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia tahun 1994—2004. Ia juga pernah tercatat sebagai pengajar tamu di Program D-3 Komunikasi UGM, mengajar fotografi untuk beberapa semester namun tidak berstatus sebagai dosen tetap UGM.
Roy Suryo menamatkan pendidikan magister ilmu kesehatan masyarakat di FK UGM.
Muncul menjadi terkenal di depan publik
Roy pertama kali dikenal secara nasional pada Maret 1999, ketika rekaman percakapan telepon antara Presiden B.J. Habibie dan Jaksa Agung Andi Ghalib bocor ke pers.
Pembicaraan tersebut mengungkapkan kurangnya independensi peradilan dan ketidaktulusan pemerintah terhadap seruan untuk membawa mantan presiden Suharto ke pengadilan.
Setelah Ghalib menyangkal bahwa itu adalah suaranya dalam rekaman itu, Roy – seorang tokoh yang relatif tidak dikenal di Universitas Gadjah Mada – mengatakan bahwa dia telah menggunakan "penganalisis spektrum" digital untuk memastikan bahwa percakapan itu asli.
Roy menjelaskan bahwa dia telah membandingkan suara di rekaman itu dengan salah satu pidato Habibie di televisi, dan kemudian dengan rekaman komedian yang menyamar sebagai Habibie.
Kecocokan antara rekaman yang bocor dan pidato Habibie jauh lebih dekat daripada penyamaran sang komedian. Usai mengumumkan temuannya, Roy dipanggil Badan Intelijen Negara (BIN).
Meski gugup sebelum pertemuan, Roy kemudian mengatakan bahwa para interogatornya telah mengantarnya berkeliling, mentraktirnya makan siang dan mereka telah menjadi teman baik.
Roy kemudian mulai tampil secara luas di radio dan televisi, memposisikan dirinya sebagai ahli bukti dalam berbagai skandal berikutnya yang melibatkan politikus dan selebritas. Dia menegaskan tindakannya hanya dimotivasi oleh keinginan untuk mencari kebenaran melalui "sains murni".
Pada Agustus 1999, Roy juga menganalisis bocoran percakapan antara tokoh kunci dalam skandal Bank Bali dan menyatakannya asli.
Belakangan, dia menganalisis dan menyatakan asli sebuah foto yang diklaim menunjukkan Presiden Abdurrahman Wahid dengan dugaan selingkuhannya, Aryanti Sitepu.
Karier
Roy sering menjadi narasumber di berbagai media massa Indonesia untuk bidang teknologi informasi, fotografi, dan multimedia. Ia juga pernah menjadi pembawa acara e-Lifestyle di Metro TV selama lima tahun.
Oleh media masa Indonesia ia sering dijuluki sebagai pakar informatika, multimedia, dan telematika. Setelah lulus dari jurusan Ilmu Komunikasi UGM, Roy Suryo lebih banyak menjadi pengajar di beberapa perguruan tinggi seperti ISI dan almamater-nya UGM, menjadi narasumber seminar dan media massa, hingga menjadi ahli telematika, multimedia, dan IT.
Berasal dari hobi yang ditekuninya, ia juga mendapatkan penghargaan dari berbagai lomba seperti lomba fotografi tingkat nasional serta penghargaan dari berbagai pihak, di antaranya dari Kadin bidang Telematika, Menteri Perhubungan Agum Gumelar, Majalah Trend Digital, Telkomsel, dan Garuda Indonesia.
Selain di bidang Telematika, ia juga berpartisipasi dalam kepengurusan Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia,[27] Federasi Perkumpulan Seni Foto Indonesia,[28] juga tercatat sebagai salah satu konsultan teknis di situs resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.[29]
Selanjutnya nama Roy Suryo tercatat pernah menjadi Tutor Diklat RCTI, TPI & Reguler di SAV Puskat & Mandiri (mulai 1997), menjadi Widyaiswara Sistem Informasi Diklat Depdagri & Deppen (mulai 1998), Konsultan Internet & Video Teleconference Polda DIY (mulai 1999), Staf Ahli Gubernur DIY Bidang Teknologi / BPTIY (mulai 1999), Anggota KPID [30](Komisi Penyiaran Indonesia Daerah) Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2004-2005.
Karier Politik
Pada 2005, Roy bergabung dengan Partai Demokrat. Pada tahun 2009, Roy Suryo maju sebagai Caleg (Calon Legislatif) DPR-RI dari partai Partai Demokrat daerah pemilihan Yogyakarta dengan no urut pertama.[31] Dan dari 10 orang menteri-menteri yang maju sebagai caleg 2014, Roy Suryo tercatat sebagai caleg peraih suara terbanyak.[32]
Roy mengundurkan diri dari legislatif pada Januari 2013 setelah ditunjuk menggantikan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng. Pada April 2014, Roy mencalonkan diri kembali ke DPR tetapi kalah dari sesama anggota Partai Demokrat Ambar Tjahjono dari Yogyakarta. Dia menuduh Ambar melakukan kecurangan suara dan Ambar diberhentikan dari partai.[33]
Pada Agustus 2018, dalam kapasitasnya sebagai wakil ketua umum Partai Demokrat, Roy menyatakan niat partai untuk mendukung mantan jenderal Prabowo Subianto dalam pemilihan umum presiden 2019.
Pada September 2018, Roy untuk sementara mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil ketua Partai Demokrat, dengan alasan ingin fokus mengembalikan aset ke Kementerian Pemuda dan Olahraga dan tidak ingin partai terkait dengan kasus tersebut.
Pada April 2019, Roy mencalonkan diri kembali ke DPR, tetapi dia dan Partai Demokrat gagal mendapatkan suara yang cukup untuk memiliki perwakilan Yogyakarta masuk DPR RI untuk periode 2019-2024. Roy mengaitkan hasilnya dengan "Tuhan Yang Maha Kuasa" dan "politik uang yang merajalela" yang dilakukan oleh pihak lain. (*)
Berita lainnya di Profil
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.