PKB 2025

PETRUK Tetap Absen di PKB 2025, Tegas Tak Ada Muatan Politik? Drama Gong Lawas Tetap Tampil di PKB

Paguyuban ini dijadwalkan pentas pada 2 Juli 2025 di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali, dengan garapan berjudul “Sanan Tuak”.

Istimewa
ILUSTRASI - Petruk Tidak Tampil di PKB. 

Petruk lantas menelepon orang dekatnya, untuk menanyakan terkait hal yang membuatnya viral. Setelah mengobrol singkat, pada intinya, Petruk legowo atas larangan penggunaan kata kasar dalam pementasan.

Dan, dirinya memilih untuk tidak pentas dalam PKB 2025. “Saya legowo, tidak apa-apa tidak pentas di PKB, masih bisa pentas di acara adat atau kegiatan lain,” ujarnya.

Disinggung mengenai kata ‘bangsat’ yang menjadi ciri khasnya, Petruk juga tidak tahu mengapa bisa menjadi ikonik. Bahkan setiap pentas, baik di acara adat, acara pemuda dan sebagainya, para penonton selalu menunggu kata tersebut.

“Kalau tak keluar kata (bangsat) itu, anak-anak muda, penonton marah. Jangankan tidak keluar kata itu, kalau saya lama mengeluarkan kata-kata itu, mereka juga marah. Bingung saya,” ujarnya lalu tertawa.

Ditanya mengenai asal kata ‘bangsat’ tersebut, Petruk mengungkapkan hal tersebut bermula pada tahun 1970-an saat dirinya masih bekerja sebagai pegawai Tata Usaha (TU) di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bali di Bangli.

Saat itu, ada pasien RSJ yang diantar warga satu truk. Pasien tersebut ngamuk dan membawa senjata tajam.
Saat tiba di RSJ Bangli, pasien tersebut melihat Petruk.

Meskipun pasien tersebut sudah tak waras, namun dia masih bisa mengenal Petruk. Petruk pada tahun itu sudah terkenal sebagai pelawak. Nah dalam pertemuan Petruk dengan pasien tersebut, si pasien pun mengeluarkan kata-kata khas Buleleng, “Bangsat cai bareng dini ajak masih”. 

Pasien tersebut mengira Petruk juga adalah pasien RSJ seperti dirinya. Setelah beberapa hari, pasien RSJ tersebut akhirnya tahu Petruk bukan pasien, tetapi pegawai di sana. Lalu pasien tersebut kembali mengucapkan kata-kata ciri khas Buleleng, “Bangsat cai sing ngorang-ngoraaaang pegawai dini”.

Menurut Petruk, kata bangsat jika diucapkan secara spontan tanpa tujuan buruk pada orang lain, kata tersebut justru terkesan lucu. Karena itu dirinya menggunakan kata tersebut dalam pementasan, dan saat ini kata tersebut selalu ditunggu-tunggu oleh penonton, sehingga sebagai pelawak iapun tetap menggunakan kata tersebut. 

Petruk menjelaskan, di usianya yang sudah senja, dirinya memang mengurangi pementasan. Kini ia hanya pentas seminggu 2 kali. Padahal dari segi permintaan, lebih dari itu. “Dulu 1 hari 3 kali. Sekarang hanya kuat seminggu 2 kali saja,” ujarnya. 

Selain mengurangi pementasan, kini Petruk juga tidak lagi menyanggupi panggilan manggung keluar daerah. “Sekarang pentas keluar daerah juga tidak berani, kalau dituruti, bisa mati di jalan. Bayangkan, dulu pentas di Lampung, perjalanan 8 jam di mobil, di Kaltim 12 jam, sekarang ke Jakarta juga gak mau, karena kondisi sudah tidak sekuat dulu,” ujarnya. (sup/weg)

 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved