Cuaca Bali

Musim Kemarau Basah Picu Cuaca Ekstrem, Waspadai Ombak Capai 4 Meter di Nusa Penida Bali

Musim Kemarau Basah Picu Cuaca Ekstrem, Waspadai Ombak Capai 4 Meter di Nusa Penida Bali

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Putu Kartika Viktriani
istimewa
OMBAK - Ombak besar di destinasi wisata di Nusa Penida, Selasa 24 Juni 2025 lalu. Musim Kemarau Basah Picu Cuaca Ekstrem, Waspadai Ombak Capai 4 Meter di Nusa Penida Bali 

SEMARAPURA, TRIBUN-BALI.COM - Masyarakat di Klungkung, Bali dihimbau untuk waspada, terhadap dampak dari fenomena kemarau basah yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. 

Musim kemarau kali ini tak seperti biasanya.

Meski seharusnya memasuki masa kering, wilayah Kabupaten Klungkung justru kerap diguyur hujan.

Hingga Jumat 27 Juni 2025 pagi,  Klungkung pagi dan sekitarnya masih diguyur hujan dengan itensitas ringan hingga sedang.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klungkung, Putu Widiada, menyampaikan kemarau basah kerap disertai angin kencang dan gelombang laut tinggi yang berpotensi membahayakan aktivitas pelayaran maupun wisata bahari, khususnya di wilayah Nusa Penida.

“Dari laporan Balai Besar Klimatologi dan Geofisika Wilayah III, gelombang laut di sekitar perairan Nusa Penida bisa mencapai ketinggian hingga empat meter. Ini sangat berisiko, apalagi aktivitas wisata di kawasan tersebut mayoritas berbasis laut,” jelasnya.

 

Sebagai langkah antisipasi, BPBD bersama Bupati Klungkung, I Made Satria, telah mengeluarkan imbauan resmi kepada seluruh perbekel dan camat di wilayah Nusa Penida. 

Baca juga: Autopsi Juliana Marins Dilakukan Tengah Malam di RSUD Bali Mandara, Pendaki Tewas di Gunung Rinjani

Surat tersebut meminta agar informasi mengenai cuaca ekstrem disampaikan secara aktif kepada masyarakat dan pelaku pariwisata.

Imbauan tersebut antara lain berisi ajakan untuk menunda aktivitas di laut jika tidak dalam kondisi mendesak, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana.

"Pelaku wisata bahari juga diminta agar memberikan penjelasan kepada wisatawan mengenai risiko cuaca buruk, bahkan jika perlu, melarang kegiatan di lokasi yang dinilai berbahaya," ujar Widiada.

Selain itu, seluruh potensi sumber daya di wilayah desa diminta bersiap untuk melakukan pemantauan rutin, dan segera melapor kepada BPBD jika terdeteksi kejadian yang mengarah pada potensi bencana.

"Aparatur di desa agar melakukan pemantauan secara berkala daerah yang beresiko,guna mengantisipasi kejadian dampak dari gelombang pasang dan angin kencang," jelas Widiada. 

Dampak dari anomali cuaca ini,  dikeluhkan para nelayan di Klungkung.

Salah satunya I Nengah Resta, warga Desa Kusamba. Ia mengaku sudah hampir dua setengah bulan tidak melaut.

“Cuacanya tidak menentu. Angin kencang, gelombang tinggi, belum lagi harga BBM mahal. Ikan juga sepi. Jadi kami istirahat dulu,” ujarnya.

Menurut Nengah Resta, gelombang besar sempat menghantam perairan Kusamba pada Sabtu 21 Juni 2025 lalu. 

Kini, banyak nelayan di kampungnya memilih berhenti sementara dari melaut.

Beberapa di antaranya beralih menjadi buruh bangunan, sementara yang lain memanfaatkan waktu luang untuk memperbaiki jaring dan perahu. (mit)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved