Berita Gianyar
Optimalisasi Peran Desa Tangani Stunting, Ketua LPM Sayan Gianyar Bali: Gencarkan Pembinaan Catin
Kepala Puskesmas Ubud II, dr. I Gusti Ngurah Adnyana, menyampaikan bahwa pembinaan catin telah dilaksanakan door-to-door.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Kasus stunting, masih menjadi perhatian serius pihak terkait di Kabupaten Gianyar, Bali.
Sebab, stunting menjadi salah satu 'penghalang' suatu daerah dalam menciptakan SDM unggul.
Di Kabupaten Gianyar sendiri, angka stunting masing fluktuatif.
Angka stunting di Kabupaten Gianyar, berdasarkan data terakhir yang tersedia, menunjukkan angka 6,3 persen pada tahun 2023 berdasarkan pengukuran SKI.
Baca juga: Stunting Masih Tinggi, Komisi IX DPR RI Sebut Butuh Partisipasi Aktif Berbagai Elemen Sukseskan MBG
Namun, terdapat perbedaan data jika merujuk pada EPPGBM bulan Desember 2024 dan Januari 2025.
Pada Desember 2024, angka stunting adalah 4,39 persen (1.082 balita), sedangkan pada Januari 2025 meningkat menjadi 4,7 persen (1.146 balita).
Penanganan stunting ini pun muncul dalam Musyawarah Desa Sayan, Kecamatan Ubud pada 26 Juni 2025.
Hal ini dikemukakan Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Sayan, I Putu Agus Adegrantika, yang mengusulkan agar menggencarkan pembinaan calon pengantin (catin) untuk menekan angka stunting di Desa Sayan.
"Kami dari LPM hanya memberi masukan saja, khusus penanganan stunting, agar digencarkan pembinaan calon pengantin. Dalam prosesnya itu supaya semua instansi terlibat. Memang dalam jangka pendek tidak terlihat dampaknya, namun ketika 5 tahun sampai 10 tahun baru kelihatan dampaknya jika satu desa itu angka stuntingnya meningkat atau tidak, ini adalah pembangunan non fisik di desa," ujar pria yang karib disapa Ade itu, pada wartawan Jumat 27 Juni 2025.
Ade juga menegaskan bahwa penanganan stunting tidak hanya diambil alih oleh Dinas Kesehatan maupun Penyuluh KB, melainkan harus melibatkan lintas sektoral, dengan sistem jemput bola ke rumah masing-masing calon pengantin.
"Kalau mau, sebulan atau maksimal seminggu sebelum menikah pasangan catin diberikan penyuluhan, dari sisi kesehatan, sisi adat, dari kepolisian, serta dari sisi agama. Sehingga tanggung jawab penanganan stunting itu bersama-sama," imbuh Ade.
Kepala Puskesmas Ubud II, dr. I Gusti Ngurah Adnyana, menyampaikan bahwa pembinaan catin telah dilaksanakan door-to-door.
"Sistem jemput bola dalam pembinaan catin sudah kami lakukan berkoordinasi dengan kepala wilayah masing-masing," tegasnya.
Namun demikian, disebutkan ada peningkatan persentase angka stunting di Desa Sayan.
Hal ini pun menjadi program prioritasnya, termasuk apakah dalam pengecekkan ada salah ukur atau kemungkinan lainnya yang menyebabkan meningkatnya angka stunting. (*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.