Berita Bali
Warga Pasek Badeg dan Semaya Pande Gelar Pitra Yadnya Massal, PHDI Bali: Saling Asah, Asih, Asuh
Kehadirannya untuk memberikan dharma wacana yang menekankan pentingnya ketulusan dalam setiap yadnya.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pasemetonan Pasek Badeg dan Semaya Pande melaksanakan upacara Pitra Yadnya Atiwa-tiwa secara massal di Desa Adat Badeg Tengah, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali yang juga Ketua Umum Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Resi (MGPSSR) Pusat, I Nyoman Kenak hadir dalam acara tersebut.
Kenak mengatakan semangat gotong royong warga Pasek Badeg dan Pande itu harus dipertahankan.
Dirinya hadir saat pelaksanaan prosesi Atma Wedana dan Ngeroras, Selasa 8 Juli 2025.
Baca juga: Nyoman Sukena Lahir saat Tumpek Kandang, Otonan Sabtu Kliwon Uye Mampu Menyenangkan Orang Lain
Kehadirannya untuk memberikan dharma wacana yang menekankan pentingnya ketulusan dalam setiap yadnya.
Ia menyampaikan bahwa inti dari upacara keagamaan bukan terletak pada kemegahan, melainkan pada doa yang tulus dan rasa bakti kepada leluhur.
“Sebesar apa pun upacara, bila tidak dilandasi doa yang tulus dan rasa bakti, maka tak berarti apa-apa. Inti dari yadnya adalah cinta, ketulusan, dan harapan tulus bagi para leluhur agar mendapat tempat terbaik,” ujar Kenak.
Lebih lanjut, ia memuji kekompakan dan sinergi yang terbangun antar warga selama prosesi berlangsung.
Menurutnya, semangat gotong royong yang ditunjukkan dari berbagai elemen masyarakat menjadi bukti nyata nilai saling asah, asih, asuh dalam praktik kehidupan beragama.
Sebagai Ketua Pasemetonan Pasek, Kenak juga mengapresiasi keharmonisan antara semeton Pasek dan warga Pande dalam yadnya kali ini.
Sinergi ini dinilainya sebagai cerminan pelestarian nilai kebersamaan antar sesama warga Bali.
Ia juga menyerahkan punia untuk mendukung revisi dan pencetakan Babad Badeg dalam bentuk alih aksara dan alih bahasa sebagai bentuk pelestarian sejarah lokal.
Sementara itu, Ketua Panitia Pitra Yadnya, I Nyoman Sidia, menjelaskan bahwa upacara massal ini merupakan tradisi yang rutin dilaksanakan setiap 10 tahun sekali.
Tahun ini, yadnya melibatkan 22 sawa dalam prosesi Atiwa-tiwa, 44 peserta metatah, serta 35 anak dalam upacara mepetik atau otonan massal.
Seluruh rangkaian digelar sejak 13 Juni 2024 dan akan berpuncak pada 10 Juli 2025.
“Semua prosesi dilakukan secara swadaya dan gotong royong. Sebagian besar peserta merupakan warga perantauan yang pulang kampung demi menghaturkan bhakti kepada leluhur,” ujar Sidia. (*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.