PMI Bekerja di Luar Negeri
Sosok Mahendra Putra, Warga Klungkung Nekat Utang untuk Berangkat Kapal Pesiar, Mental Sempat Down
Hampir genap 5 tahun, Kadek Mahendra Putra (33) warga asal Desa Tojan Klungkung, Bali mengadu nasib untuk bekerja ke luar negeri.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Hampir genap 5 tahun, Kadek Mahendra Putra (33) warga asal Desa Tojan Klungkung, Bali mengadu nasib untuk bekerja ke luar negeri.
Meskipun berat meninggalkan keluarga berbulan-bulan, alasan kesejahteraan membuatnya tetap memilih mencari peruntungan sebagai pekerja di kapal pesiar.
Baca juga: HANCURNYA Karir Pekerja di Kapal Pesiar, Simak 4 Faktor Penting Berikut Ini yang Harus Dihindari!
Kadek Mahendra Putra sebelumnya bekerja sebagai pegawai di salah satu BPR di Bali.
Namun 3 tahun bekerja, menurutnya penghasilan di BPR sebagai petugas lapangan sebagai Account Officer dirasanya tidak cukup untuk menghidupi keluarganya.
Baca juga: Ngaku Pilot, Pria Ini Bikin Puluhan CPMI Kapal Pesiar Gigit Jari, Kasus Diselidiki Polres Tabanan
"Kalau dulu saya petugas lapangan gaji pokok UMR, ada tambahan uang bensin lagi sedikit. Saat lajang saja merasa tidak cukup, apalagi berkeluarga," ujar Kadek Mahendra, Minggu (27/7/2025).
Mahendra yang tinggal di lingkungan para pekerja migran, membuatnya mengambil keputusan untuk berangkat bekerja di kapal pesiar.
Baca juga: CRUISE Seven Seas Mariner Bawa 541 Wisman, Kadispar: April Ini 3 Kapal Pesiar ke Buleleng
Terlebih keluarga dan tetangganya juga tidak sedikit yang berangkat ke kapal pesiar.
"Jadi saat itu saya merasa sulit mendapatkan penghasilan besar untuk bekerja di Bali. Jadi saya memilih kerja ke luar negeri. Bekerja di kapal pesiar," ungkap dia.
Memilih bekerja ke luar negeri bukanlah hal yang mudah baginya.
Baca juga: 3 Kapal Pesiar Sandar Bersamaan, Erick Thohir: Momentum Bersejarah bagi Pelabuhan Benoa
Sebelum berangkat ia harus kursus, hingga mengurus berbagai berkas untuk memenuhi persyaratan berangkat.
"Itu saya ingat, saat awal berangkat itu total saya habiskan modal sekitar Rp45 juta. Itu awal bekerja berat sekali rasanya, harus adaptasi ritme kerja hingga makanan," ungkapnya.
Pada bulan-bulan awal bekerja, ia mengaku sempat stres.
Mulai dari adaptasi makanan, jam kerja yang berat, hingga lingkungan kerja yang menurutnya kurang baik.
Namun karena dibebani utang untuk berangkat, membuat tekadnya untuk bertahan.
"Jangan lihat hasilnya saja, itu awal-awal kerja di kapal pesiar berat sekali. Tidak sebatas jam kerja, tapi juga lingkungan kerja keras sekali."
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.