Bisnis
KOPDES Merah Putih Tawarkan Obat 20 Persen Lebih Murah dari Ritel Modern
Ia menjelaskan bahwa Koperasi Desa Merah Putih di Indonesia mencapai lebih dari 80.000 unit, dan setiap unit memiliki tempat penjualan obat.
TRIBUN-BALI.COM - Pemerintah menargetkan apotek desa di bawah Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes/KDMP) menjadi alternatif utama masyarakat untuk mendapatkan obat-obatan dengan harga lebih murah.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono, mengatakan harga obat di apotek desa bisa ditekan hingga 20 persen atau lebih murah dibandingkan ritel modern seperti Indomaret.
Ia menjelaskan bahwa Koperasi Desa Merah Putih di Indonesia mencapai lebih dari 80.000 unit, dan setiap unit memiliki tempat penjualan obat.
Dengan jumlah itu, daya beli Kopdes terhadap pemasok obat akan sangat besar, sehingga dalam perhitungan Wamenkes, harga obat yang dibeli bisa mendapatkan potongan alias diskon sekitar 40-50 persen dari harga normal.
Baca juga: SISTEM Buka Tutup Jelang Bulfest! Dishub Alihkan Lalin 3 Ruas, Sebar 34 Personel ke Sejumlah Titik
Baca juga: TEWAS Membusuk di Kamar Kos, Polisi Temukan Obat-obatan di Kamar Pria Jaksel di Padangsambian Klod
Potongan harga tersebut memungkinkan apotek desa menjual obat bebas dengan harga 10–20 persen lebih murah dibandingkan ritel modern seperti Indomaret, sehingga lebih terjangkau bagi masyarakat.
“Kami (Kopdes) kapasitasnya 80.000 di seluruh Indonesia, kalau dalam estimasi saya hitung-hitungan saya mungkin sekitar 40-50 persen dari harga obat bisa diskon, sehingga nanti, kalau mereka menjual obat bebas misalnya, itu mereka akan jual obat yang lebih murah sekitar 10-20 persen dari harga yang dijual di Indomaret,” ujar Dante saat ditemui di gedung Kementerian Koperasi, Jakarta, Selasa (12/8).
Menurutnya, kunci penurunan harga terletak pada diskon besar yang diberikan pemasok obat. Ia meminta dukungan industri farmasi, baik swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN), untuk memberikan potongan harga secara signifikan, bahkan lebih besar dari yang biasanya diberikan kepada rumah sakit.
Lebih jauh, model bisnis apotek desa di bawah naungan Kopdes Merah Putih akan memanfaatkan sistem konsinyasi, bukan pembelian putus, sehingga kebutuhan modal awal bisa ditekan. Skema ini memungkinkan apotek desa mengganti obat yang mendekati masa kadaluarsa dengan stok baru, seperti praktik yang umum di rumah sakit dan apotek komersial.
Dante optimistis, dengan kombinasi harga terjangkau, distribusi luas, dan manajemen stok yang efisien, apotek desa Kopdes Merah Putih tidak hanya akan bersaing dengan ritel modern, tetapi juga memperluas akses obat murah bagi masyarakat pedesaan.
“Kalau diminta untuk beli putus, itu kelihatannya butuh permodalan yang besar. Nanti, kalau expired-nya dekat, expired habis, apoteknya akan lebih, seperti biasa di apotek-apotek yang ada sekarang kan, modelnya juga cuma konsinyasi. Titik obat expired dekat, ditukar dengan obat baru dan sebagainya,” paparnya.
“Seperti yang kita belajar as usual di rumah sakit atau di apotek yang sekarang ada, itu yang akan dilakukan di apotek desa,” kata Dante. (kontan)
Hadirkan Band Juicy Luicy, PLN Dukung Penyelenggaraan Bali EV Festival 2025 |
![]() |
---|
SIAPKAN Proyek Baru PLTS 9-10 MW di Badung, Kapasitas PLTS di Bali Saat Ini Capai 50 MW |
![]() |
---|
TAX Ratio Diprediksi Hanya 15,01 Persen dari PDB, Target Tax Ratio Masih Jauh dari Harapan |
![]() |
---|
POTENSI Transaksi Produk Makanan Olahan Rp221 Miliar di India |
![]() |
---|
Penggerak Ekosistem Digital, 1 Dekade Batic 2025, Jawab Tantangan Transformasi Digital dan AI |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.