Berita Gianyar

Kisah Wardika Budidaya Kunang-kunang di Bali, Terima Penghargaan, Datangkan Para Peneliti Muda

Wardika mendatangkan para peneliti muda untuk bekerja padanya di Gianyar Bali

istimewa
Kunang-kunang: I Wayan Wardika pelestari kunang-kunang asal Banjar Taro Kaja, Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, Gianyar, Bali. Kisah Wardika Budidaya Kunang-kunang di Bali, Terima Penghargaan, Datangkan Para Peneliti Muda 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - I Wayan Wardika asal Banjar Taro Kaja, Desa Taro, Kecamatan Tegalalang menjadi salah satu warga Gianyar yang menjadi tokoh inovatif peraih penghargaan inovasi Pemkab Gianyar dalam HUT Kemerdekaan RI ke 80, Minggu 17 Agustus 2025, di Bale Budaya Gianyar, Bali

Hal itu berkat dedikasinya mendirikan rumah konservasi kunang-kunang sebagai eko wisata ramah lingkungan menuju pariwisata berkualitas di Kabupaten Gianyar

Penghargaan diberikan langsung oleh Bupati Gianyar, I Made Mahayastra.

Ditemukan usai menerima piagam penghargaan, Wardika menceritakan bahwa langkahnya membudidayakan kunang-kunang dilatar belakangi oleh keprihatinannya terhadap kunang-kunang yang mulai sulit dijumpai. 

Baca juga: Kisah Ayu Manik Jadi Pembawa Baki Peringatan HUT ke-80 RI Provinsi Bali: Pengalaman Pertama

Sementara dirinya, sejak kecil memiliki berbagai pengalaman berharga dengan hewan yang hidup di persawahan tersebut. 

"Saat kecil saya sering ngumpulin kunang-kunang untuk dipakai lampu. Tapi belakangan sudah jarang ditemui kunang-kunang, saya tak ingin anak cucu kita nanti tidak tahu kunang-kunang," ujarnya. 

Dengan anggaran dan pengetahuan terbatas, Wardika pun melakukan berbagai upaya untuk bisa melestarikan atau memperbanyak populasi kunang-kunang. 

Karena tak memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang kunang-kunang, serta jumlah literasi terkait kunang-kunang ini masih minim di tanah air. Wardika yang berlatar belakang pekerja pariwisata ini pun mendatangkan para peneliti muda untuk bekerja padanya, melakukan riset untuk kelangsungan kunang-kunang.

"Saat ini ada 5 peneliti biologi, dua orang dari Jogja, yang lain dari Tana Toraja, Magelang, dan Situbondo. Dari ekowisata kunang-kunang ini kami mampu membayar untuk para peneliti," ujarnya. 

Wardika mengungkapkan bahwa keberadaan kunang-kunang sangatlah penting. Sebab hewan kecil ini menjadi salah satu indikator lingkungan. 

"Kunang-kunang merupakan bio indikator yang sangat baik. Mereka hanya bisa hidup di lingkungan yang bagus. Jika kita ingin menjaga lingkungan, kita harus melihat dari sisi kunang-kunang, apakah mereka ada di sana, kalau ada berarti lingkungan kita masih bagus. Begitu juga sebaliknya, jika kita ingin menjaga populasi kunang-kunang, maka kita harus menjaga lingkungan," ujarnya. 
 
Dalam rumah konservasi itu, Wardika mengatakan dirinya telah banyak belajar tentang meningkatkan populasi dan menjaga kunang-kunang. 

"Cahaya, alih fungsi lahan, dan pestisida, itu menjadi penyebab utama kepunahan kunang-kunang. Jika terlalu banyak cahaya, maka cahaya mereka redup, dan membuat mereka tak bisa bereproduksi," 

"Saya selaku pelaku pariwisata menjadi terjerat untuk mencari solusi. Saya tinggal di pedesaan, kunang-kunang mengajarkan kami menjaga lingkungan. Kita sebagai masyarakat desa harus aktif melindungi," ujarnya.

Wardika mengatakan, saat ini konservasi kunang-kunang memiliki luas sekitar satu hektare, yang memanfaatkan lahan pertanian aktif milik masyarakat setempat. 

Di areal tersebut, dirinya telah melepas liarkan 5.182 larva kunang-kunang dan 260 kunang-kunang dewasa. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved