bisnis
PASOKAN Beras Berangsur Normal, Bulog Salurkan Ratusan Ribu Ton Beras SPHP ke Ritel Modern
Pernyataan tersebut disampaikan di tengah isu kelangkaan dan harga beras yang merangkak naik di pasar ritel beberapa waktu belakangan ini.
TRIBUN-BALI.COM - Pasokan beras di toko ritel yang sempat mengalami perlambatan kini kembali normal setelah produsen kembali melakukan produksi dengan harga yang disesuaikan.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin memastikan beras-beras yang sebelumnya telah teridentifikasi tak sesuai dengan standar mutu sempat diturunkan dari display. Namun, setelahnya tetap dijual dengan pengurangan harga sesuai kesepakatan.
“Berdasarkan arahan Mabes Polri, Aprindo diminta tetap menjual dengan harga yang disesuaikan dengan mutu beras. Nah, Aprindo menyurati produsen, dan produsen sepakat memotong harga Rp 1.000–Rp 1.500,” jelas Solihin kepada Kontan, Rabu (20/8/2025).
Namun, kini produsen telah mulai melakukan produksi kembali. Untuk penentuan harga, Solihin bilang Aprindo mengembalikan keputusan kembali ke produsen, tetapi ia memastikan Aprindo tidak akan menjual di atas harga eceran tertinggi (HET).
Baca juga: BELANJA & Kuliner Lebih dari 20 Ribu Produk, Lotte Mart Wholesale Bali Resmi Hadirkan Konsep Baru
Baca juga: DKLH Pemprov Bali Sebut SE Gubernur Larangan AMDK Tak Ada Sanksi Hukum, Ini Kata Pengamat Undiknas
Lebih lanjut, Solihin bilang mayoritas merek terindikasi melanggar standar mutu karena persentase patahannya melebihi 15 persen, tak sesuai dengan standar beras premium. Namun, ia menyebut kini produsen telah memastikan hal itu tak akan terjadi lagi dengan mengatur mesin produksi lebih cermat.
Untuk saat ini, ia bilang penyaluran beras premium sudah dimulai kembali. Namun memang prosesnya akan berbeda pada masing-masing daerah. “Karena cakupan kita nasional. Ya mungkin di Jakarta lebih cepat, tapi daerah lain lebih lambat. Tapi dalam waktu dekat beras di seluruh peritel ada,” katanya.
Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, memastikan perusahaan sudah menyalurkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dalam jumlah cukup besar ke berbagai jaringan di pasar ritel modern.
Pernyataan tersebut disampaikan di tengah isu kelangkaan dan harga beras yang merangkak naik di pasar ritel beberapa waktu belakangan ini. Hingga pertengahan Agustus 2025, penyaluran beras SPHP ke Hypermart mencapai 15.000 ton. Sementara Indomaret sebesar 97,500 ton, Alfamart 460.000 ton, dan Lion Superindo 20.000 ton.
Jumlahnya pun dipastikan terus bertambah seiring dengan luasnya jaringan ritel modern yang terlibat. Seperti 45.000 outlet dan Indomaret lebih dari 55.000 outlet. “Realisasi penyetoran di retail modern SPHP beras di tingkat konsumen, ini kami lakukan semaksimal mungkin,” ujar Ahmad Rizal saat rapat kerja (raker) bersama Kementerian Pertanian, Bapanas, dan Komisi IV DPR RI, Kamis (21/8).
“Untuk Hypermart ini sudah 15.000 ton kemudian Indomaret adalah 97,500 ton dan Alfamart 460.000 ton dan Lion Superindo 20.000 ton dan ini akan berkembang lagi dan terus-menerus karena Alfamart sendiri itu memiliki lebih dari 45.000 outlet dan Indomaret lebih dari 55.000 outlet,” paparnya. (kontan)
Penyaluran Beras SPHP Capai 226 Tibu Ton
Pemerintah memasifkan operasi pasar melalui Beras SPHP merespon kenaikan harga beras. Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi menyebut realisai penyaluran beras SPHP telah mencapai 226 ribu ton. Jumlah ini terdiri dari penyaluran perode Juli-Desember 44,8 ribu ton dan penyaluran tahap pertama 100,9 ribu ton dan Tahap HBKN Idul Fitri 80,2 ribu ton.
“Maka total kumulatif penyaluran beras SPHP sepanjang 2025 sudah menyentuh 226 ribu ton. Jumlah ini setara 15?ri target setahun yang ditetapkan sebesar 1,5 juta ton,” kata Arief dalam keterangan resminya, Kamis (21/8).
Sementara itu, catatan realisasi SPHP dalam empat tahun terakhir juga menunjukkan rata-rata penyaluran beras berada di atas 1 juta ton per tahun. Pada 2022 tersalurkan 1,3 juta ton, meningkat pada 2023 menjadi 1,196 juta ton atau 110,30?ri target 1,085 juta ton. Sementara di 2024, SPHP beras kembali tercapai 1,401 juta ton atau 100,12% dari target 1,4 juta ton.
Arief memastikan bahwa beras SPHP ini akan di jual sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah yakni Rp 12.500/kg. Untuk menjamin efektivitas program penyaluran beras SPHP ini, NFA dan Bulog memperketat pengawasan distribusi agar lebih tepat sasaran. “Untuk mencegah penyalahgunaan, sekarang pengecer harus registrasi dan memesan beras SPHP menggunakan aplikasi Klik SPHP. Kita optimis ini bisa mengintervensi harga beras di pasaran,” ungkap Arief.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan bahwa harga beras di sejumlah daerah sudah mulai stabil. Tito menegaskan stabilitas harga beras sangat krusial untuk menjaga daya beli masyarakat dan kesejahteraan petani. “Adanya beras SPHP ini menolong betul untuk menjaga stabilitas harga terjaga di angka yang terjangkau,” kata dia. (kontan)
Beras Mengendap Lebih dari Setahun di Gudang
Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani mengatakan bahwa beras yang ada di gudang Bulog dalam kondisi yang baik walaupun telah lebih dari setahun. Padahal, sebelumnya Ombudsman RI menemukan beras sisa impor tahun lalu berbau apek. Ahmad menjelaskan, bila terdapat kondisi beras yang rusak atau pun tak layak, maka pihaknya bakal memisahkan. Setelah itu, kata dia, bakal dilaporkan ke Badan Pangan Nasional (Bapanas).
“Nanti kalau ada rusak, misalnya ada yang tidak layak, kita pisahkan, kita kumpulin, kita laporkan ke Bapanas. Nanti petunjuknya seperti apa, kita ikuti petunjuknya lagi. (Kondisinya) bagus, baik,” ujarnya saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (21/8).
Ahmad mengungkapkan, pihaknya telah menginstruksikan kepada kepala gudang Bulog, sebelum mengeluarkan beras harus dilakukan pengecekan, dibersihkan hingga bila perlu melakukan penyemprotan fumigasi. “Dicek dulu, dibersihkan dulu, perlu difumigasi dulu biar yakin beras ini tidak berkuman dan berhama, ataupun berkutu. Nah ini yang bahaya, ini yang kita jaga,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ahmad menuturkan, terkait temuan adanya beras apek di gudang, dia menjelaskan bahwa kemungkinan yang ditemukan beras yang tak ada landasannya atau tatakan di lantai. “Nah mungkin pas lagi yang ditemukan Ombudsman itu yang sudah ditempatkan di retail-retail ataupun di mana, tidak pake palet, tidak pake landasan, sehingga dingin kena lantai. Nah dingin kena lantai ini juga berpengaruh, apalagi di ritel kan pakai AC,” tuturnya.
Lebih lanjut, Ahmad menambahkan, beras tersebut belum tentu dimusnahkan sebab rata-rata dinilai masih bagus dan masih bisa dikonsumsi. “(Bakal dimusnahkan?) Loh belum tentu kan, kita lihat dulu kondisinya seperti apa. Tapi rata-rata masih bagus kok barangnya. Buktinya sekarang masih bisa dikonsumsi,” tandasnya. (kontan)
BELANJA & Kuliner Lebih dari 20 Ribu Produk, Lotte Mart Wholesale Bali Resmi Hadirkan Konsep Baru |
![]() |
---|
JAGA Stabilitas Industri & Daya Beli, Pemerintah Tunda Penerapan Cukai Minuman Berpemanis |
![]() |
---|
Bank Indonesia Rate Turun Jadi 5 Persen, Arus Modal Asing ke Pasar Indonesia Masih Prospektif |
![]() |
---|
Permintaan Paylater Masih Tinggi, Simak Alasannya Berikut Ini |
![]() |
---|
PASAR MURAH di 4 Titik, LPG 3 Kg Langka Diduga Akibat Naiknya Demand |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.