Berita Bali

Mangku Pastika Beberkan Gagasan Bandara Bali Utara, Bos PT BIBU Sebut Segera Bertemu Presiden

pembangunan bandara Bali Utara akan menciptakan lebih dari 200 ribu lapangan pekerjaan. 

Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
Beri keterangan - Mantan Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika. Pihaknya melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan PT BIBU dengan harapan agar masyarakat Bali tidak hanya menjadi penonton dari pembangunan bandara Bali Utara. 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Bos Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) Panji Sakti, Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo mengatakan dalam waktu dekat akan bertemu dengan Presiden RI, Prabowo Subianto

Pertemuan ini untuk membahas tentang kesiapan pembangunan bandara di Bali Utara.

Kepada awak media, Erwanto mengaku sudah bersurat ke Presiden pada awal Agustus 2025. 

Ia mengaku surat ini sudah diterima oleh Sekretariat Kabinet (Setkab) Republik Indonesia. 

Baca juga: VIDEO Mati Mesin, Kapal Bermuatan 665 Ton Jagung Hampir Tenggelam di Perairan Bali Utara

“Presiden sudah merencanakan untuk menerima kita semua, untuk segera mengeksekusi apa yang sudah beliau tetapkan dalam Perpres 12 tahun 2025. Kalau bisa bulan ini,” katanya, Minggu 24 Agustus 2025. 

Kata Erwanto, dalam pertemuan itu pihaknya akan menyampaikan kesiapan pembangunan bandara Bali Utara. 

Tidak hanya siap dari segi infrastruktur, pihaknya juga sudah siap dari segi anggaran hingga tenaga kerja. 

“Kesiapan-kesiapan ini yang banyak diragukan orang. Makanya kita akan buktikan ke pak Presiden bahwa persiapan sudah lengkap dan kami siap bekerja,” tegasnya. 

Erwanto juga menyinggung isu yang menyebut 'orang Bali sebagai penonton'. 

Ia menegaskan pembangunan bandara Bali Utara akan menciptakan lebih dari 200 ribu lapangan pekerjaan. 

Saat ini, kebutuhan tenaga kerja sudah dipersiapkan. 

Salah satunya dengan melakukan penandatanganan kerjasama (MoU) dengan Yayasan Mandara Sejati, yang mengelola SMA Taruna Mandara. 

“Kita siapkan agreement dengan sekolah ini, yayasan ini, kita menyiapkan segala kebutuhan tenaga kerja di bandara. Baik mulai project pembangunan maupun pengelolaan. Saat pembangunan bisa mengerjakan apa, sehingga semua terlibat. Jadi betul-betul fungsi kita melakukan kerja sama hari ini adalah menyiapkan tenaga kerja untuk bandara kita,” tegasnya. 

Selain di Yayasan Mandara Sejati, PT BIBU nyatanya juga telah melakukan kerja sama dengan empat perguruan tinggi lainnya. 

Meliputi Udayana, Mahasaraswati, Panji Sakti dan Undiksha. 

“Kami berupaya menyerap sebanyak-banyaknya tenaga kerja lokal. Utamanya harus warga Bali, khususnya Buleleng. Sehingga apa yang kita diniatkan untuk menyeimbangkan ekonomi Bali Selatan dan Bali Utara menjadi terlaksana,” katanya. 

Dikatakan pula, hingga kini total anggaran pembangunan bandara Bali Utara telah mencapai Rp 50 triliun. 

Seluruhnya merupakan dana investor yang tergabung dalam konsorsium. 

“Terbaru ada tambahan dana dari investor asal Qatar senilai US$1,8 miliar. Selain itu saat ini sedang proses tambahan dana dengan investor asal Singapore dan Dubai,” imbuhnya.

Erwanto menambahkan pihaknya kini tengah melakukan penjajakan dengan seluruh maskapai penerbangan untuk melakukan kerja sama. 

“Sekarang sudah ada beberapa maskapai luar negeri yang kita ajak kerjasama. Sedangkan maskapai dalam negeri baru dua,” ucapnya. 

Sementara itu, Mantan Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika membeberkan gagasannya ihwal pembangunan Bandara Bali Utara

Salah satunya harus memberikan dampak positif bagi masyarakat Bali. Sehingga masyarakat tidak hanya menjadi penonton.

Hal tersebut diungkapkan Mangku Pastika, saat ditemui usai penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara PT BIBU Panji Sakti dengan Yayasan Mandara Sejati, selaku pengelola SMA Taruna Mandara, Minggu 24 Agustus 2025. 

Mangku Pastika yang merupakan pendiri yayasan tersebut menjelaskan, pembangunan bandara di Bali Utara sudah dipikirkan sejak lama. 

Bahkan, sejak penyusunan Perda RTRWP Bali tahun 2009, gagasan soal bandara tersebut sudah mulai dicantumkan. 

“Saya jadi Gubernur tahun 2008. Tahun 2009 baru muncul di Perda Nomor 16 Tahun 2009 tentang RTRWP. Jadi dari awal saya sudah berpikir bahwa bandara di Bali Utara itu perlu,” ujarnya.

Ia menegaskan, pembangunan bandara bukanlah untuk kepentingan kelompok tertentu atau orang asing. 

Menurutnya, bandara adalah proyek strategis nasional sehingga harus dikelola negara, bukan pihak lain. 

“Mana ada bandara untuk orang asing. Bandara itu untuk kita, untuk masyarakat. Boleh modalnya dari luar, tapi pengoperasian tetap harus negara Republik Indonesia. Itu yang harus dipastikan sejak awal,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia menyoroti sejumlah hal yang wajib diperhatikan dalam pembangunan bandara, mulai dari dampak lingkungan, keberadaan nelayan, kawasan suci, hingga nasib warga sekitar. 

“Bagi saya, yang penting jangan merusak alam, jangan merusak budaya. Situs suci tidak boleh diganggu. Dan yang utama, orang Bali harus kerja, harus dapat manfaat ekonomis,” ucapnya.

Ia mengaku, sudah menandatangani nota kesepahaman terkait proyek tersebut. 

Dalam kesempatan itu, ia juga menekankan pentingnya menyiapkan sumber daya manusia (SDM) lokal agar bisa terserap dalam pembangunan maupun pengoperasian bandara. 

“Jangan sampai orang Bali hanya jadi penonton. Makanya saya bentuk tim untuk mengetahui SDM seperti apa yang dibutuhkan. Supaya kita bisa siapkan sejak sekarang, sesuai kebutuhan,” katanya.

Terkait lokasi, ia menegaskan agar semua keputusan didasarkan pada kajian teknologi penerbangan, bukan sekadar pendapat tanpa dasar. 

“Banyak yang bilang cocok di timur, ada yang bilang di barat. Ya dicek dulu, jangan bukan ahlinya yang bicara soal bandara,” tegasnya.

Sementara koordinator penglingsir puri-puri se-Bali, Cokorda Gde Putra Nindia, mengatakan, pada prinsipnya seluruh penglingsir puri punya harapan agar Bali ini maju dan masyarakatnya sejahtera. 

Kehadiran pihaknya bersama penglingsir puri-puri ini tujuannya untuk menyeimbangkan pembangunan antara Bali Selatan dan Utara.

“Buleleng memang punya lapangan terbang Letkol Wisnu. Tapi itu hanya untuk latihan saja. Sehingga dibutuhkan bandara internasional. Apalagi dengan Bali sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia, kalau hanya dengan satu airport saja, lima tahun ke depan bagaimana,” ucapnya.

“Dengan adanya pembangunan bandara di Bali Utara, kami juga berharap pemerataan pembangunan serta masyarakat sekitar bisa mendapat manfaat ekonominya,” tandas dia. (mer) 

Kumpulan Artikel Buleleng

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved