Community

Bunny Hop Wajib Dikuasi Pemula

Penulis: Niken Wresthi KM
Editor: Rizki Laelani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Yuda Yudianta, pehobi sepeda BMX tampak bersiap di atas tunggangan mungilnya setinggi 60 cm.

Ia tengah mengambil ancang-ancang pada dua meter di belakang trotoar pembatas setinggi 20 cm.

Tangannya erat memegang kedua stang sepeda. Tak sampai hitungan menit, ia mulai kayuh pedal sepedanya.

Pada jarak sekian centi meter dari trotoar, ia mengangkat tubuhnya dari sadel dan ban depan sepedanya dari permukaan aspal.

Saat ban berdiameter 30 cm itu ada di atas trotoar pembatas, ia lalu menggowes kayuhannya secara cepat.

Sebelum sepeda ber-gear tetap itu sampai di ujung trotoar, ia angkat lagi stang kemudi. Lagi-lagi ban depan tak menyentuh tanah.

Gerakan ini membuat Yuda dan sepedanya tampak melayang. "Klak!," suara sepeda seberat 12 kilo itu begitu beradu membentur permukaan aspal.

Yuda lanjut mengayuh sepedanya sambil memutar stang ke kanan. Aksinya langsung direspon beberapa kawannya yang menyambutnya dengan tawa dan tepuk tangan ringan.

Yuda, panggilan akrabnya, baru saja memeragakan teknik bersepeda BMX yang disebut bunny hop. "Ini teknik dasar yang harus dikuasai pemula," tutur Gede Jozz, kawan Yuda sesama pesepeda BMX.

Minggu (7/9) pagi itu, seperti minggu-minggu yang lain, sekumpulan pesepeda BMX bertemu dan berlatih bersama di lapangan Puputan Renon.

Gede berkata, mereka tidak berasal dari satu komunitas pesepeda BMX yang sama. "Macam-macam ini. Ada yang dari Gianyar, dari Denpasar sendiri juga ada," tutur Gede.

Ia bertutur, komunitas pesepeda BMX ini memang tersebar di beberapa daerah. Bahkan ada satu daerah yang memiliki lebih dari satu komunitas.

"Ada yang dari Tabanan malah hampir per banjar ada komunitasnya," papar Gede sambil melempar tawa.

Jika dilihat dari segi jumlah, komunitas BMX sebut Gede cukup mungil. Sebab rata-rata hanya terdiri dari lima atau enam orang.

"Tapi itu ada di mana-mana. Kalau dikumpulkan se-Bali gitu ada 200-an lebih," tutur Gede. Ia mengatakan, mereka biasanya baru bisa berkumpul bersama ketika ada kompetisi.

"Kalau waktu kompetisi gitu baru ramai, ngumpul semua," ujar Adhitama, pesepeda BMX dari Denpasar.

Tak ada struktur kaku layaknya posisi hirarki seperti ketua dan anggota dalam komunitas BMX.

Hanya saja, satu orang penanggungjawab biasanya dipercaya sebagai penghubung satu komunitas dengan komunitas lain, utamanya ketika ada kompetisi.

"Ada sih istilahnya penanggungjawab gitu, itu kalau ada kompetisi. Kalau nggak yah tinggal ngumpul saja di sini," ujarnya.

Selain di Lapangan Renon, ada tempat lain yang biasa mereka gunakan. Yakni, Catur Muka dan Jalan Gunung Soputan. Pilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan medan.

Anggota lainnya, Adhitama menjelaskan, ada beberapa tipe dalam permainan sepeda BMX ini. Pertama flat land.

Sesuai namanya, permainan ini dilakukan di jalan datar. Kedua street. Pada tipe ini, tak hanya medan datar, tantangan seperti medan yang lebih tinggi harus dilalui.

"Ya seperti gini ini. Ada trotoar, terus jalannya berkelok," paparnya. Di Denpasar, bahkan Bali, tipe street inilah yang paling banyak digemari.

Tipe lain yang dinilai lebih sulit dari street adalah park. Meski sama-sama dilakukan di jalan aspal atau halus, bedanya, park dilakukan di medan yang mampu membuatnya berselancar.

Tipe lainnya yaitu third jam. Tak seperti street atau park yang dilakukan di medan aspal atau halus, maka third jam dilakukan di medan tanah. Tipe terakhir adalah racing.

Sebagaimana namanya, pada tipe ini tantangan utamanya adalah adu kecepatan melewati medan tanah yang berkelok.

"Kayak jalan naik atau gundukan. Habis itu turunan. Kayak gitu-gitulah racing itu," tutur Adhitama. (*)

Berita Terkini