TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Siti Sapurah kaget ketika diberitahu bahwa ibu kandung Engeline, Hamidah, berada di Jakarta dan ikut dalam jumpa pers dalam rangka pembuatan film berjudul “Untuk Angeline” pada Kamis (7/1/2016) kemarin.
Sapurah yang masuk sebagai tim kuasa hukum orangtua kandung Engeline, sempat tidak percaya bahwa Hamidah di Jakarta.
(Pembuatan Film Engeline, Hotma Sebut Cuma Ingin Cari Duit)
Apalagi, pada Rabu (6/1/2016), Ipung (panggilan akrab Siti Sapurah) masih berkomunikasi dengan Hamidah, dan Hamidah pun mengakui bahwa Ipung masih sebagai bagian dari kuasa hukum keluarga Engeline.
(2 Rumah Produksi Bersaing Bikin Film Engeline, Hamidah Nangis Saat Jumpa Pers)
“Dapat dari mana infonya? Pantesan, hari ini (kemarin, red) beberapa kali saya coba hubungi Hamidah tapi tidak berhasil. HP-nya dimatikan,” kata Ipung kepada Tribun Bali tadi malam.
Dalam percakapan pada 6 Januari lalu dengan Ipung, Hamidah mengatakan tidak pernah berhubungan dengan rumah produksi film (production house/PH) manapun.
Bahkan, jikapun ada pihak-pihak yang ingin membuat film tentang Engeline, mereka diminta menghubungi kuasa hukum.
“Pada hari Rabu (6/1/2016), Hamidah masih menelepon saya, dan dia masih mengakui saya sebagai kuasa hukumnya. Kalau kemudian sekarang seperti ini jadinya, saya pribadi sebagai salah-satu kuasa hukumnya kecewa, karena kami tidak diberitahu. Jika tidak ada klarifikasi tentang hal ini, maka saya akan memilih mengundurkan diri menjadi kuasa hukumnya kendati dia tidak mencabut kuasa hukumnya dari saya,” tandas Ipung.
(Ibu Kandung Engeline Beri Izin pada 2 Rumah Produksi?)
Saat ditanya tentang kisah kehidupan Engeline yang menjadi “rebutan” rumah produksi untuk memfilmkannya ke layar lebar, Ipung menduga hal tersebut untuk mencari keuntungan dari kasus ini.
Padahal, kasus Engeline hingga saat belum ada titik teranganya.
“Saya tidak menuduh. Tapi, saya bisa katakana, ada kesan kuat bahwa para pebisnis film sedang mencari keuntungan dari kasus ini. Padahal, saat ini kan keadilan masih sedang diupayakan terhadap kematian Engeline yang tidak wajar itu, sehingga bukan waktu yang tepat untuk membuat film tentang Engeline. Apakah orang-orang itu tidak punya hati?” ucap Ipung dengan nada heran.
“Tolonglah pikir bagaimana seandainya Engeline itu anak mereka dan bagian dari keluarga mereka, apakah akan tega mengajak orangtua kandung Engeline untuk tergesa-gesa membuat film. Apapun maksud pembuatan film itu, apakah untuk memberikan penghargaan atau apa, kan tidak harus seperti ini cara mereka, dan tidak sekarang waktunya,” ucapnya.
“Kita tahu kasus ini masih sedang berjalan, dan belum diketahui akhir atau ending-nya, siapa yang terlibat dan siapa pembunuh sebenarnya belum ada vonis dari hakim. Terus film itu mau dibawa kemana ceritanya?” tanya Ipung.