Alat Radioterapi untuk di RSUP Sanglah Harganya Rp 72 Miliar per Unit?

Editor: Kander Turnip
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua YKI Bali Ayu Pastika mengunjungi pasien kanker di RSUP Sanglah Denpasar, Bali, Jumat (8/4/2016).

TRIBUN-BALI.com, DENPASAR - Kanker merupakan salah satu penyakit berbahaya yang menakutkan.

Dewasa ini salah satu upaya pengobatan terhadap pengidap kanker yang dilakukan adalah melalui radioterapi atau terapi radiasi dengan memanfaatkan sinar sebagai energi intensif membunuh sel kanker.

Radioterapi dimanfaatkan oleh para dokter untuk membantu pengobatan hampir semua jenis kanker.

Jumlah penderita kanker dewasa ini khususnya di Bali cukup banyak, sehingga dalam penanganannya perlu didukung dengan penambahan jumlah peralatan radioterapi agar para pasien tersebut segera tertangani dengan cepat dan baik.

Hal ini disampaikan Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Bali, Ny Ayu Pastika, saat meninjau sejumlah pengidap kanker di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Jumat (8/4/2016).

Pada kunjungan tersebut, Ayu Pastika mengungkapkan keprihatinannya terhadap jumlah penderita kanker di Bali yang masuk dalam daftar tunggu pengobatan radioterapi.

Terlebih saat ini keberadaan alat radioterapi Kanker yang dimiliki oleh RSUP Sanglah hanya berjumlah 1 unit sehingga membuat antrean panjang para penderita kanker, yang setiap tahunnya mencapai sekitar 500 antrean penderita kanker.

Untuk itu Ayu Pastika berharap kepada pihak manajemen RSUP Sanglah untuk segera menambah alat terapi radiasi tersebut.

“Saya sangat prihatin dengan jumlah penderita kanker di Bali yang cukup banyak, terlihat dari antrean pasien yang memerlukan yang setiap tahunnya mencapai sekitar 500 orang lebih. Ini tentunya akan berdampak kepada banyaknya jumlah penderita kanker yang tidak tertolong. Untuk itu saya harapkan pihak manajemen RSUP Sanglah bisa menambah alat tersebut,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ayu Pastika juga mengimbau seluruh masyarakat, khususnya pada orang tua, agar selalu menjaga kesehatan diri dan keluarga.

Karena kanker seringkali tidak dapat terdeteksi sejak dini, karena merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan lingkungan.

Ia juga menekankan agar masyarakat memperhatikan faktor yang diduga meningkatkan risiko kanker, seperti faktor keturunan, gaya hidup.

"Merokok dan stres juga diduga berkontribusi terhadap timbulnya kanker. Juga makanan yang kita konsumsi sehari-hari seperti daging, ikan, bahkan sayur dan buah juga ada yang mengandung bahan karsinogen yang sangat berbahaya karena merupakan salah satu penyebab kanker,” ujarnya.

Untuk itu, ia meminta agar masyarakat menerapkan pola hidup sehat agar terhindar dari berbagai macam penyakit, khususnya penyakit kanker.

“Kesehatan adalah sangat mahal, untuk itu masri kita serius menjaga kesehatan diri dan keluarga. Sebanyak apapun uang yang kita punya tidak ada gunanya jika kita sakit,” ujarnya.

Halaman
12

Berita Terkini