Banyak hambatan dan ujian yang dirasakan oleh Kanjeng namun bisa lewati dengan baik.
Bahkan dipilihnya Pura Luhur Catur Kandapat Sari, Pangideran Dewata Nawa Sangha, sebagai tempat Sudhi Wedani juga ada sebab khusus karena pura diisni unik dan tidak ada tempat lain yang memiliki Parahyangan dan strukrur Pura dari semua arah.
Selain ada pelinggih pura dari barat, utara, selatan, timur (empat arah mata angin) juga ada pelinggih di sisi timur laut, tenggara, barat daya dan barat laut dengan ditengah sebagai sumbernya makanya disebut Pura Dewata Nawa Sangha.
“Pura ini sangat kuat dengan pelinggih di empat arah mata angin. Jadi ini juga tradisi di Jawa kuat memegang sedulur papat, itu menjadi sebuah konsep yang beliau yakini selama ini dan kita kuatkan disini,” jelasnya.
Ketika disinggung mengenai keluarga Kanjeng Mahendrani, Susena mengatakan dirinya tidak mau terlalu terlibat ke internal keluarga Kanjeng Mahendrani.
Dikatakannya dahulu memang Kanjeng pernah menikah dan memiliki anak namun ia tidak begitu tahu persis bagaimana sekarang.
“Kita ga menanyakan hal itu karena itu pribadi, ada pergolakan batin dari dalam diri karena dahulu menjalankan sipiritual yang sama. Kita ga melihat apakah dia ber KTP Hindu atau tidak yang penting dia menjalankan keyakinan sesuai yang dia yakini kita ga bisa paksakan,” jelasnya.
Prosesi Sudhi Wadani Kanjeng Raden Ayu Mahindrani Kooswidyanthi Paramasari dihadiri A.A. Gede Agung Bagus Suteja, Raja dari Puri Agung Jembrana, yang hadir sebagai Ketua Paiketan Puri-puri sejebag Bali, selain itu juga ada beberapa lainnya yakni beberapa pandita dan tokoh Hindu di Bali juga hadir. (*)