Kisah Asmara: Nestapa Cinta Rahwana Kepada Sinta yang Menggetarkan Hati

Editor: Eviera Paramita Sandi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lukisan Basuki Abdullah yang menggambarkan pertarungan Rahwana melawan Jatayu saat menculik Sinta.

Agar sang dewi mencintainya sepenuh hati. Suatu saat nanti. Entah kapan. 

APA YANG DATANG DARI HATI AKAN SAMPAI KE HATI

Setiap hari Rahwana mendatangi Sinta dengan beragam puisi.

Dia selalu minta maaf karena telah menculiknya.

Semua itu dilakukan semata mata karena cinta dan ingin menjadikan Sinta sebagai permaisuri, satu-satunya istri terkasih.

Namun, Sinta selalu menolak.

Apa yang datang dari hati, pasti sampai ke hati.

Sekejam apa pun Rahwana, ketulusannya pelan-pelan dirasakan oleh Sinta.

Selama dirinya di Alengka, Rahwana berubah menjadi baik dan murah senyum sehingga mengubah suasana kerajaan menjadi baik pula dan penuh kedamaian.

Sinta mulai tergoda tapi di sisi lain dia tak mau mengkhianati suaminya.

Namun, hingga hampir tiga tahun lamanya, kenapa Rama tak kunjung juga menyelamatkannya? Apakah suaminya sudah tak mencintainya lagi?

“Duhai wanita terkasih, kamulah satu-satunya wanita yang terpatri di tulang dan tercetak di jantung. Aku siap mati untukmu,” kata Rahwana penuh harap kepada Sinta.

Sinta menjawab, "Jujur. Aku sebenarnya juga mencintaimu. Kamu selalu memperlakukanku dengan baik. Tapu aku juga tak mau menghianati cinta suamiku. Jika kamu mencintaiku, tolong relakanlah aku dan kembalikanlah aku kepada suamiku."

Kata-kata Sinta ibarat mantra yang menyihir Rahwana. Sebab, selama hidupnya, hanya kata-kata itulah yang dinanti.

“Baik, jika itu maumu, sebagai ksatria, aku akan berduel satu lawan satu dengan Rama. Jika dia bisa mengalahkanku, maka aku akan mengembalikanmu kepadanya,” tegas Rahwana.

Halaman
123

Berita Terkini