Dalam menu ini, Yessica mencoba mengaplikasikan bongkot dalam seporsi nasi, daging ayam, dan scrambled egg yang tersaji hangat.
Nasi pun bisa diganti dengan mi, sesuai selera.
Selain meramu bumbu lokal, Yessica juga memiliki misi untuk memperkenalkan bahan-bahan yang masih jarang dikenal publik.
Dalam membuat pasta, ia lebih memilih jenis angel hair.
Angel hair merupakan jenis pasta yang diameternya lebih kecil dibandingkan spaghetti dan fettuccine.
Meskipun diameternya lebih kecil, namun tingkat kekenyalannya sama dan mampu diolah dengan berbagai saos pasta.
Creamy angel hair pun kini termasuk makanan yang cukup dicari pelanggan Waroeng Suhu.
Minyak truffle juga menjadi bahan yang ingin diangkat Yessica.
Minyak truffle sejenis dengan olive oil yang biasanya ditambahkan pada makanan untuk membuat aroma harum.
Menu truffle fries pun menjadi makanan yang patut dicoba untuk mengetahui karakter rasa dari minyak primadona ini.
Sekilas tampilan fries (kentang goreng) tampak biasa, namun jika dicicipi akan terasa perbedaanya.
Ada aroma harum dan sensasi gurih yang memanjakan selera sejak gigitan pertama.
“Di kawasan wisata seperti Kuta dan Ubud barangkali sudah banyak yang menggunakan bahan-bahan ini. Namun saya perhatikan, kawasan Denpasar masih cukup jarang. Ini pula peluang yang saya temukan, sehingga Waroeng Suhu berbeda dengan tempat makan lainnya,” kata Yessica.
Ia pun berharap pelanggan bisa merasa puas dengan resepnya.
Komentar dari pelanggan tentunya akan menambah semangatnya untuk menciptakan menu-menu baru.