Gempa Palu dan Donggala

Putranya Jadi Korban Gempa Palu, Sambil Menangis Ayahanda Memohon Putranya Dikubur dengan Cara Hindu

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana
Editor: Aloisius H Manggol
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto 1: Pemakaman korban gempa dan tsunami di Palu, Foto 2: Brigadir I Gusti Kade Sukamiarta alias Gus Maiz (32) semasa hidup.

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA- Keluarga mendiang Brigadir I Gusti Kade Sukamiarta alias Gus Maiz (32), yang gugur saat bertugas di pos Festival Nonomi, akan kembali menggelar upacara Ngulapin.

Usai dua haru lalu, Senin (1/10/2018) menggelar upacara Ngulapin di Pantai Yeh Kuning Jembrana, Rabu (3/10/2018) pihak keluarga akan kembali menggelar prosesi tersebut di Selat Bali, Pantai Gilimanuk.

Hal itu dijelaskan, Ayahnda Gus Maiz, I Gusti Kade Sukadana.

Baca: Ibunda Dobrak Kamar Mandi Rumahnya di Monang Maning, Tak Disangka Begini Kondisi Putranya

Dia menuturkan, upacara Ngulapin kedua kalinya ini akan digelar di Selat Bali, Gilimanuk.

Upacara Ngulapin di Gilimanuk ini berdasarkan petunjuk dari Pedanda Bedulu dari Griya Gede Bedulu Batu Agung.

Dimana petunjuk itu, supaya keluarga menggelar upacara Ngulapin di Perairan Selat Bali, Gilimanuk.

"Setelah kembali kami ke Ratu Pranda, maka disuruh ke Gilimanuk (untuk upakar Ngulapin)," ucapnya, Selasa (2/10/2018).

Baca: Berada di Pantai yang Jadi Pusat Tsunami di Palu, Begini Cara Wakil Walikota Pasha Selamatkan Diri

Mengenai prosesi dan banten yang akan dibawa, akan sama saja dengan prosesi pertama di Pantai Desa Yeh Kuning Jembrana.

Pada Kamis (4/10/2018), keluarga akan menggelar upacara di setra desa adat Mendoyo Dangin Tukad.

Seperti sebelumnya, Sukadana mengaku, bahwa pihak Keluarga terutama ia dan Istri, I Gustu Ayu Miliasih sudah mengikhlaskan kepergian putra bungsunya itu.

"Tetap kami sudah ikhlas. Kami ikhlas karena memang keadaan dan kehendak Hyang Widhi Wasa," ungkapnya.

Seperti diketahui, Jenazah Brigadir I Gusti Kade Sukamiarta alias Gus Maiz (32), dipastikan akan dikubur massal.

Jenazah korban Tsunami Palu itu dinyatakan dalam kondisi yang sudah membusuk.

Gus Sukadana menyatakan, bahwa jenazah anaknya tidak dapat dipulangkan.

Padahal, dalam bulan ini ada dua hari baik (4 dan 10) Oktober) yang telah direncanakan untuk prosesi ngaben.

Karena itu, pihaknya pun pasrah dan ikhlas, jenazah anaknya dikubur massal.

Sukadana melanjutkan, meski dikubur massal, pihaknya meminta (tanpa mengurangi rasa hormat, red) supaya anaknya dikuburkan secara keyakinannya, Hindu Bali.

Sebelum nantinya, pihak keluarga melakukan prosesi upacara adat Hindu di Jembrana.

Ada dua prosesi yang akan ditempuh, keluarganya untuk pelebonan anaknya.

"Ya saya cuma minta anak saya dikubur massal dengan cara agama Hindu. Ini bukan bermaksud bagaimana. Tapi saya mohon," harapnya sembari kembali menitikan air mata. (*)

Berita Terkini