Simpang Ring Banjar

Pentas Rutin Purnamaning Kelima Titik Bangkit Seni Joged Klasik Banjar Pande

Penulis: Ni Putu Diah paramitha ganeshwari
Editor: Irma Budiarti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mereka rata-rata berusia antara jenjang SMP hingga SMA.

Pihak banjar berharap mereka dapat menjadi harapan banjar untuk melanjutkan kesenian ini.

Made Wasa pun menjelaskan Joged yang ada di lingkungannya termasuk pingit dan memiliki gerakan yang klasik.

“Baik gerakan maupun gamelannya klasik. Tidak ada unsur jaipongan seperti joged yang populer sekarang,” jelas Ketua Sekaa Joged Banjar Pande ini.

Joged di Banjar Pande juga hanya ditampilkan pada saat-saat tertentu.

Pementasan rutin digelar setiap purnamaning kelima atau menjelang piodalan di Banjar Pande.

Apabila ada permintaan ngayah untuk upacara di pura tertentu pun, sekaa joged ini menyanggupi.

Namun jika permintaan pentas di luar kepentingan ngayah Pura, sekaa ini tidak bisa menerimanya.

“Entah mengapa rasanya tan kayun (tak ingin). Sebab joged kami anggap sakral. Banjar kami menyimpan dua gelungan (hiasan penari) yang menyimpan taksu. Jadi kami tak ingin menampilkan joged ini di acara sembarangan, hanya untuk kepentingan ngayah,” ujarnya.

Oleh karena menyimpan taksu, dua gelungan joged itu keberadaannya dihormati.

Selain mesolah setiap piodalan, pada saat Tumpek Krulut pun gelungan itu diupacarai sebagai tanda penghormatan. 

Berdayakan Posyandu

Posyandu menjadi organisasi yang aktif di Banjar Pande.

Setiap bulan, mereka selalu mengadakan agenda pemeriksaan kesehatan khususnya kepada balita.

Partisipasi masyarakat dalam program ini pun tergolong tinggi.

Halaman
123

Berita Terkini