Akun tersebut akan meminta calon pembeli untuk memesan lewat line official mereka. Masuk ke line official, calon pembeli kemudian akan diberikan price list atau daftar harga.
Dalam price list itu, harga ganja sintetis bergantung jenis, dan merek yang ditawarkan.
Untuk merek dengan inisial RH misalnya, minimal harus membeli 5 gram seharga Rp 500 ribu, dan 200 gram seharga Rp 12 juta. Jika membeli di atas 300 gram, pembeli diminta untuk berkomunikasi langsung.
Sedangkan, untuk produk dengan inisial BB yang merupakan ganja sintetis merek terbaru, harga yang ditawarkan minimal Rp 1,7 juta dengan isian 25 gram, dan paling mahal 500 gram seharga Rp 24, 5 juta.
Jika pembeli sudah mengirimkan data alamat pengiriman dan nomor HP serta sudah mentransfer ke nomor rekening yang diberikan, barang akan segera dikirim ke alamat yang dicantumkan pembeli.
Omzet jutaan rupiah per hari diduga membuat bisnis haram yang satu ini sulit diberantas hingga ke akar-akarnya.
“Narkoba ini lahan basah, tanpa pajak, jadi bisnis ini benar-benar menjanjikan bagi mereka yang sudah terlanjur masuk di dalamnya,” kata seorang mantan pengedar narkoba kelas berat di Jakarta dan Bali, yakni AR, kepada Tribun Bali.
Selain akun-akun tersebut, masih ada akun-akun lain yang juga memasarkan narkoba lewat Instagram sebagai reseller namun untuk pemesanan area Bandung dan area Makassar.
Dari pantauan Tribun Bali, sejak Desember 2018, akun Instagram narkoba itu mengeluarkan produk baru dari ganja sintetis.
Di akun Instagram tersebut terlihat produk baru ini dipasarkan dengan gambar barong dan rangda khas Bali.
Dari informasi yang didapat di line official penjual, produk bergambar itu disebut sebagai “tembakau” kualitas nomor 1 dan bukan untuk para pemula.
Sejak 7 Januari 2019, akun instagram itu lagi-lagi mengeluarkan produk baru, yakni BC, yang sama-sama ganja sintetis namun katanya dengan cita rasa yang berbeda dan efek yang lebih membahayakan dari yang sebelumnya.
“Ini merupakan versi terbaru dari produk sebelumnya, dan kini hadir dengan cita rasa istimewa. Bukan untuk pemula,” tulis penjual di lewat pesan line saat Tribun Bali melakukan pemantauan. (*)