Selanjutnya ada pangeleakan dengan membeli pada balian atau dukun.
Sementara itu, dalam buku Jejak Bhairawa di Pulau Bali karya Jiwa Atmaja halaman 95, dikatakan: beberapa balian yang bersedia memberi sedikit keterangan hanya mengatakan, kalau mau belajar leak datang saja ke kuburan pada tengah malam yang pekat.
Baca: Astrid Si Ratu Ular Pemain Utama Film Leak (Penangkeb), Dijauhi Karena Memerankan Leak
Baca: Dikenal Sejak Lama di Bali, Inilah Cara Yang Masih Dipercaya Untuk Mendapatkan Ilmu Leak
Lebih lanjut dikatakan, paling baik adalah ketika tengah malam bulan mati, hari Kajeng Kliwon dengan membawa sanggah cucuk yang ditancapkan di tanah kuburan.
Sementara itu, dalam catatan yang dimiliki oleh Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Kertha Bhuana, dari Gria Batur Giri Murti, Glogor, Denpasar, disebutkan beberapa tingkatan ilmu leak dan jenis perubahannya.
Leak tingkat pertama atau tingkat paling rendah wujudnya berupa bojog atau kera abu-abu.
Pada tingkatan yang kedua wujudnya berupa kambing.
Setelah itu pada tingkatan yang ketiga akan menjadi bangkal atau bangkung.
Tingkat empat perubahannya adalah menjadi ular, sepeda motor, dan mobil.
Tingkat lima berubah menjadi gegendu.
Saat mencapai tingkatan keenam akan menjadi bade, serta ayam putih.
Berwujud bojog putih atau kera putih pada tingkatan ketujuh.
Saat mencapai tingkat kedelapan menjadi rarung, waringin sungsang (beringin terbalik), dan anjing kurus.
Pada tingkatan kesembilan menjadi kasa dan jaka punggul.
Leak pada tingkatan kesepuluh akan menjadi rangda.
Baca: Kisah Tragis Anak Albino di Afrika, Dianggap Bertuah Hingga Bagian Tubuhnya Diburu untuk Ilmu Hitam
Baca: Ilmu Pengetahuan Rahasia, Shang Nyang Aji Kreket Penangkal Ilmu Hitam
Di Bali ada beberapa lontar yang digunakan pedoman dalam belajar ilmu kawisesan maupun ilmu pangeleakan.