TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Setiap orang memiliki cerita hidup yang kelak membentuknya menjadi pribadi yang lebih baik.
Begitupun Ni Komang Sariadi, aktivis perempuan dan pendiri PKP Women's Centre di Banjar Gentong, Tegallalang, Ubud, Gianyar.
Wanita itu bertubuh mungil, berkulit sawo matang dengan rambut panjang terawat dengan sangat baik, dan selalu tersenyum ramah kepada semua orang yang ia temui.
Kisah hidup yang penuh cobaan berawal dari pedalaman Hutan Sulawesi.
Sari, sapaan akrabnya, lahir dari keluarga transmigrasi yang saat kecil sering dititipkan ke teman orangtuanya, sanak saudara, atau tetangga saat kedua orang tuanya mencari nafkah.
"Saat kecil saya lahir di pedalaman Hutan Sulawesi. Tentu tidak seperti kebanyakan anak Bali pada umumnya. Mendapatkan kasih sayang dan dimanja oleh orangtua. Karena masih berjuang dan berusaha mencari makan jadi orangtua menitipkan saya di tempat temannya, saudara, dan tetangga," ceritanya.
Bahkan, saat ia dan orangtua kembali ke Bali, ia harus menikah di usia yang terbilang masih belia.
"Pengalaman tidak menyenangkan pada saat beranjak remaja tiba-tiba harus menikah. Itu sesuatu yang sangat mengagetkan semua orang. Dan harus menerima kenyataan bahwa menikah di usia yang sangat muda, tanpa ada kematangan mental, finansial, pengalaman," ungkapnya.
Pernikahan yang baru dibangun selama 2 tahun tak berjalan harmonis, berbagai masalah menghampiri pernikahannya yang menyebabkan akhirnya ia dan suami harus bercerai saat ia berusia 20 tahun.
Pil pahit ia rasakan karena tidak mendapatkan hak asuh anaknya.
Kehilangan berat badan dari 53 kilogram menjadi 35 kilogram dan meluapkan emosi dengan memotong rambut panjangnya.
Bahkan, keputusasaan menjalani hidup ia lakukan dengan beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri.
"Setiap kali masalah datang, saya tidak bisa mengendalikan dan mengelola diri untuk berdamai dengan masalah. Saya mulai stress dan melakukan percobaan bunuh diri beberapa kali. Namun alam tahu bahwa bahwa saya punya energi yang besar untuk melakukan sesuatu yang besar. Jadi upaya bunuh diri tidak pernah berhasil," ungkapnya.
Tak hanya itu, ia menjadi cemooh, direndahkan dan mendapat gunjingan ketika menyandang status sebagai seorang janda di usia belia.
Sari kemudian mencoba bangkit dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.