Tip Sehat untuk Anda

Mengenal Penyakit Autoimun, Ini Penyabab Dan Gejala Umum yang Muncul

Penulis: M. Firdian Sani
Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Susan Hartono, MSc, CHt, saat ditemui Tribun Bali, dalam acara Pelatihan Autoimun Berbagi Bahagia, di Gapet Garden, Jalan Kedampang, Kerobokan Kelod, Kuta Utara, Badung, Minggu (30/6/2019).

Laporan Wartawan Tribun Bali, M.Firdian Sani

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Autoimun merupakan salah satu penyakit yang belum ada obatnya.

"Penyakit ini menyerang kekebalan tubuh, memang sampai saat ini dari sisi medis belum ada obat yang ditemukan, dalam artian penyakit ini belum dapat disembuhkan," kata Susan Hartono, MSc, CHt, saat ditemui Tribun Bali di acara Pelatihan Autoimun Berbagi Bahagia, di Gapet Garden, Jalan Kedampang, Kerobokan Kelod, Kuta Utara, Badung, Minggu (30/6/2019).

Ia menambahkan bahwa autoimun merupakan sistem yang ada di dalam tubuh yang menyerang jaringan tubuh sehat.

Namun walaupun begitu, penyakit autoimun bisa dikendalikan dengan hidup sehat.

Entah olahraga ataupun mengonsumsi makanan yang alami.

Menurutnya ada dua faktor yang menjadi pemicu penyakit autoimun ini.

''Autoium didasari dengan dua faktor, faktor luar (eksternal) dan dalam (internal)," katanya

Wanita yang berpofesi sebagai Holistic Nutrition & Mindfulness Coach ini menjelaskan faktor eksternal meliputi polusi, zat berlebih, sampai pengaruh konsumsi obat.

"Faktor eksternal bisa dari terpapar polusi yang berlebihan, zat-zat yang berlebihan masuk ke kulit, jadi body atau tubuh kita itu dibombard dengan zat-zat kimia," jelas Susan.

"Selain itu ada pola makan yang buruk, konsumsi makanan cepat saji, pakai kosmetik yang terlalu banyak mengandung zat kimiawi, mengonsumsi obat-obatan terlalu berlebihan juga meningkatkan autoimun," tambahnya.

Obat menurutnya tidak bagus jika terus dikonsumsi, apalagi jumlahnya berlebih dan ketergantungan.

Ia menambahkan seberapa besar pengaruh gen bagi penyakit ini.

"Kalau pengaruh genetik tidak lebih dari 25 sampai 30 persen, jadi tidak terlalu berpengaruh," ungkap Susan.

Lalu bagaimana dengan faktor internal?

Ia menjelaskan faktor internal bisa dari stres, sampai gangguan pencernaan.

"Stres juga masuk dalam faktor internal, lalu mungkin pencernaan kita tidak bagus di awal, seperti mudah kembung, mudah sakit mag, atau BAB kurang lancar. Nah pencernaan itu sendiri sebenarnya faktor internal yang dapat memicu sistem imun kita menjadi kurang baik," jelasnya.

Pencernaan yang tidak baik ini bukan hanya menggangu autoimun, artinya pencernaan yang tidak baik ini dapat mempengaruhi penyakit apapun, termasuk autoimun di dalamnya.

Gejala autoimun itu cukup general dan banyak jadi tidak terlalu spesifik dan tidak mudah untuk mengetahui seseorang itu mengidap auotoimun.

"Ambil contoh adalah demam, tapi demamnya tidak kunjung sembuh. Lalu tubuhnya nyeri, persendian nyeri-nyeri. Lalu mungkin moodnya naik turun, cepat capek, nafsu makan yang berkurang," paparnya.

"Jadi gejalanya banyak dan luas. Serta tidak mudah dideteksi karena sifatnya tidak spesifik,'' tutupnya. (*)

Berita Terkini