"Sebenarnya banyak yang mau untuk bekerja. Tapi ongkos kerjanya belum bisa didapatkan. Banyak yang sudah ke sini. Intinya masih kesulitan dengan dana," ungkapnya lagi.
Satu lusin ingka buatan Deka dijual seharga Rp 100 ribu. Sedangkan ingka ukuran besar, per bijinya dijual Rp 60 ribu. Kemudian, ingka ukuran sedang Rp 10 ribu per biji.
Saat ini ia membuat ingka hanya sesuai dengan pesanan. Ia belum mendistribusikan ke toko-toko atau pasar-pasar di Jembrana.
Namun pesanan ingkanya sudah masuk ke luar pulau. Contohnya ke Kalimantan, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
"Setiap bulan ada saja tiga lusin pesanan. Tapi ini menjadi usaha sampingan saja. Karena belum cukup untuk pendapatan pasti. Tapi kami juga bisa melayani membuat sampai 20 lusin per bulan. Dan saya cuma pekerja serabutan. Jadi bisa fokus bantu istri buat ingka ini," terang bapak lima anak itu.
Berharap Ada Orangtua Angkat
Pj Perbekel Desa Baluk, IB Surya Dharma menyatakan selain kerajinan ingka, desanya juga memproduksi beberapa kerajinan seperti pande besi, dan koran bekas di Desa Baluk.
Tidak hanya itu, dahulu juga ada kerajinan batok kelapa di Banjar Baluk II. Namun, kegiatan itu sudah tidak aktif karena tidak ada pemasaran.
"Inilah yang menjadi persoalan kami. Semoga ada cara untuk ada 'orang tua angkat'. Bagaimana pemasaran bisa cepat dan laku terjual sehingga proses produksi melibatkan warga terus berjalan," ungkapnya. (*)