Bahas Kasus Semakin Banyaknya Wisman Berulah, Dispar Badung Panggil 20 Pelaku Pariwisata
Dispar Kabupaten Badung langsung bertindak menyikapi banyaknya wisatawan yang berulah negatif.
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA – Pemerintah Kabupaten Badung, melalui Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Badung langsung bertindak menyikapi banyaknya wisatawan yang berulah negatif.
Dispar memanggil puluhan pelaku wisatawan untuk membahas masalah tersebut, Selasa (17/9/2019).
“Kami kumpulkan pelaku pariwisata untuk membahas banyaknya wisatawan yang kini semakin banyak berulah negatif di Badung. Hal ini tentu akan membawa citra negatif pula pada objek wisata yang ada,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, Made Badra.
Sekitar 20 pelaku pariwisata dipanggil untuk membahas persoalan itu.
Birokrat asal Kuta itu mengatakan pelaku pariwisata kini tak bisa sembarangan menerima turis yang datang.
Mereka harus membuat peraturan yang ketat untuk menghindari kebebasan wisatawan di Gumi Keris.
“Setidaknya tidak asal menerima turis. Jadi kita ingin turis itu mematuhi peraturan yang ada,” jelasnya.
Selain mempertegas peraturan, pihaknya mengaku akan menindak tegas wisatawan yang berulah.
Wisatawan yang berulah akan dibawa ke ranah hukum untuk memberikan efek jera.
“Wisatawan yang berulah itu karena dia mabuk, stres, dan melanggar peraturan yang ada sehingga sangat membahayakan wisatawan dan masyarakat sekitarnya,” paparnya.
Dalam pertemuan itu, pihaknya meminta pelaku pariwisata untuk ikut menginformasikan kepada wisatawan terkait aturan yang ada. Pasalnya yang langsung berhadapan dengan wisatawan adalah pelaku pariwisata.
Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, pelaku pariwisata wajib memberikan perhatian dan memonitor wisatawannya.
“Ulah wisatawan ini sudah bertentangan dengan kondisi sosial dan budaya di Bali,” katanya.
• Makin Banyak Turis Berulah di Kuta, Mabuk Mushroom Hingga Kehabisan Uang
Disinggung apakah persoalan ini muncul karena adanya bebas visa, ia mengaku tidak menjangkau sejauh itu.
Hanya saja menurutnya semua itu soal perilaku wisatawan sehingga pihaknya meminta, pihak-pihak yang mendatangkan wisatawan juga harus melihat kelas wisatawannya dan sepakat untuk membangun wisatawan yang berkualitas.