In Memoriam Mantan Bupati Buleleng I Ketut Wirata Sindhu, Tokoh Inspiratif yang Hidupnya Sederhana

Penulis: M. Firdian Sani
Editor: Widyartha Suryawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mobil jenazah RSUP Sanglah yang hendak membawa almarhum I Ketut Wirata Sindhu ke Rumah Duka Kertha Semadi, Ubung, Denpasar, untuk disemayamkan, Senin (7/10/2019). Insert: alm. I Ketut Wirata Sindhu.

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Rektor Universitas Ngurah Rai, Drs Nyoman Sura Adi Tanaya mengenang almarhum sebagai sosok yang menginspirasi banyak orang.

Sementara  Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana menyebut beliau sebagai orang yang humoris, dekat dengan masyarakat serta hidup sederhana.

MASYARAKAT dan pemerintah Kabupaten Buleleng berduka. Bupati Buleleng periode 1993-2002,  I Ketut Wirata Sindhu berpulang dalam  usia 77 tahun, Senin (7/10/2019) siang.

Kepala Bagian SMF Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah Denpasar, dr. Ida Bagus Putu Alit membenarkan kabar duka ini.

"Memang benar, jenazah kita terima jam 14.30, meninggal karena sakit," ujarnya.

Wirata Sindhu meninggal di kediamannya, Jalan Intan Nomor 7, Ubung, Denpasar karena kanker usus yang dideritanya.

"Meninggalnya di rumah Ubung jam 13.28 Wita," ujar seorang anggota keluarga almarhum kepada Tribun Bali.

Jenazah almarhum dibawa ke RSUP Sanglah untuk pemeriksaan luar dan dimandikan lalu dibawa ke Kertha Semadi untuk disemayamkan.

"Keputusan keluarga sudah pasti, dimandikan di RS Sanglah dan dikirim ke Kertha Semadi," kata Dokter  Alit.

Anak kedua almarhum, Made Dwining Ratna Sari mengatakan, ayahnya sempat tiga kali operasi.

"Pertama operasi di Bali Med ngangkat tumornya itu. Lalu pindah ke Sanglah karena udah pendarahan. Di sana operasi kedua dan diperbaiki lagi," katanya saat ditemui di Rumah Duka Kerta Semadhi, Jalan Cargo Permai, Ubung Kaja, Denpasar.

Saat operasi ketiga, dokter mengatakan kanker yang diderita ayahnya sudah menjalar.

Dokter menawarkan  kemoterapi. Namun, ayahnya meminta agar tidak dilakukan kemoterapi.

"Jadi gak diapa-apain lagi karena bapak tidak mau kemo, bapak merasa udah lingsir, lebih baik bapak begini, bapak nikmati sakitnya," kata Ratna.

Ratna mengungkapkan ayahnya pernah meminta agar dikremasi di Rumah Suka Duka Kertha Semadi. 

Anak ketiga almarhum, Nyoman Diah Utari Dewi pun sempat menceritakan kondisi almarhum.

"Sudah beberapa kali bolak balik masuk RS. Sebulan ini agak drop kondisinya, makan agak susah," kata Utari Dewi.

Almarhum meninggalkan seorang istri, Ni Luh Nyoman Masmi dan empat anak yakni Putu Umbara Sugiantara, Made Dwining Ratna Sari, Nyoman Diah Utari Dewi, Ketut Manggala Putra serta tiga orang cucu.

Semasa hidup, almarhum dikenal sebagai sosok yang selalu bersemangat bahkan saat dirinya jatuh sakit.

Wirata Sindhu selalu menyempatkan diri mengikuti berbagai kegiatan di kampus Universitas Ngurah Rai (UNR), perguruan tinggi yang didirikannya pada tahun 1979.

“Bapak senangnya di kampus. Semangatnya jadi tersalurkan di kampus. Setiap membicarakan tentang kampus dan politik, langsung semangat. Kalau tidak salah, tiga hari yang lalu ada akreditasi kampus, sangat senang beliau melihat kemajuan kampusnya,” kata Utari Dewi.

Rektor Universitas Ngurah Rai, Drs. Nyoman Sura Adi Tanaya mengenang almarhum sebagai sosok yang  menginspirasi banyak orang.

"Seluruh dosen merasa kehilangan karena beliau tidak pernah marah dan sikapnya itu mengajari dan motivasi anda," ujarnya.

Duka mendalam juga dirasakan Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana atas wafatnya I Ketut Wirata Sindhu.

"Saya secara pribadi dan mewakili masyarakat Buleleng menyampaikan turut berduka cita sedalam-dalamnya. Dumogi amor ring acintya. Kepada keluarga yang ditinggalkan diharapkan untuk tabah, semoga beliau mendapatkan tempat yang baik," kata pria yang akrab disapa PAS ini, Senin (7/10/2019).

Bupati  Putu Agus Suradnyana mengenang almarhum sebagai  orang yang humoris, dekat dengan masyarakat serta hidup sederhana.

PAS mengaku sering berdiskusi dengan Wirata Sindhu membahas berbagai masalah terutama menjaga Buleleng agar tetap kondusif serta bergiat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bumi Panji Sakti.

"Beliau sangat cocok menjadi figur Buleleng. Sangat terbuka dengan masyarakat," kata  PAS.

Keponakan almarhum Wirata Sindhu, Popo Danes menyebutkan, selama dua tahun terakhir Wirata Sindhu masuk keluar rumah sakit karena menderita sakit di bagian usus.  Namun, semangat hidupnya cukup tinggi.

Pada 31 Agustus 2019 lalu, almarhum  merayakan ulang tahun ke-77 bersama anggota  keluarganya.

"Sempat merayakan ulang tahun," katanya.

Sebelum wafat, Popo mengaku almarhum sempat berpesan ingin dikremasi di Denpasar.

Namun pihak keluarga masih berdiskusi, apa yang sekiranya baik untuk almarhum mengingat beliau dulu menjabat sebagai Bupati Buleleng.

Sebelum menjadi Bupati Buleleng, Wirata Sindhu  menjabat Kakanwil Penerangan Kabupaten Badung tahun 1975.

Setelah itu beliau menjadi  Kakanwil Penerangan Provinsi Bali. Ia juga aktif sebagai penasehat Partai Golkar.

Disamping dedikasinya yang luar biasa untuk masyarakat Kabupaten Buleleng, Wirata Sindhu adalah tokoh pendidikan di Bali.

Dia mendirikan Universitas Ngurah Rai (UNR) Denpasar tahun 1979 dan Yayasan Pelestarian Warisan Budaya Bali Utara yang kini mengelola Museum Buleleng.

Sampai akhir hayatnya Wirata Sindhu  mendedikasikan dirinya untuk kemajuan UNR. Dia selalu berharap UNR semakin matang dan eksis menyiapkan SDM berkualitas.

Banyak tokoh penting merupakan alumni universitas tersebut. Sebut misalnya Menteri Koperasi dan UKM Drs. AA Gede Ngurah Puspayoga yang juga Wakil Gubernur Bali periode 2008-2013, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, S.Sos., M.AP serta mantan Bupati Gianyar Anak Agung Gede Bharata. 

Bupati Gianyar 2018-2023 Made Mahayastra juga alumni Magister Administrasi Publik UNR. (ratu ayu/m firdian sani)

Berita Terkini