TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Indra Udayana (51) tersenyum saat disambangi ke kediamannya di Jero Saren Anyar, Desa Sampalan, Dawan, Klungkung.
Pendiri Ashram Gandhi Puri tersebut kini mengambil jalan sebagai sulinggih dan menggelar upacara mediksa, Senin (28/10/2019).
Papan ucapan tampak berjejer di Jero Saren Anyar, kediaman dari Indra Udayana.
Anak-anak Ashram Gandhi Puri tampak menyambut setiap pengunjung yang datang.
Kemarin merupakan hari yang spesial karena guru mereka Indra Udayana akan menjalankan ritual mediksa untuk penobatan sebagai sulinggih.
Indra Udayana tampak menyapa setiap tamu yang datang ke rumahnya.
Ia mengatakan, menjadi sulinggih merupakan pilihan hidup.
Ia menilai, pilihan ini merupakan puncak dari perjalanan spiritualnya.
Pria kelahiran 7 Oktober 1970 ini juga sempat melakukan ritual pada puja kepada panglisir Puri Mengwi, I Gusti Agung Mayun Eman, kemarin.
"Tujuan manusia adalah untuk memperbaiki diri dan saya terpengaruh perjalanan hidup para rsi," ungkap dia.
Perjalanan Agus Indra Udayana sudah dimulai sejak tahun 1990-an. Ia memilih hidup brahmacaria (tidak menikah).
Ia pun menjadi aktivis yang menyoroti berbagai isu-isu sosial.
Agus Indra mendirikan Ashram Gandhi Puri yang menjadi tempat bagi anak-anak untuk belajar agama.
Berbagai lika-liku kehidupan ia alami. Puncaknya saat kasus dugaan pelecehan seksual terhadap anak di Asram Gandhi Puri.
Bahkan Komnas Perlindungan Anak sempat menyambangi Asram Gandhi Puri di Desa Paksebali Klungkung terkait isu tersebut.
Sampai saat ini, kasus tersebut tak ada kejelasan.
Dalam pelaksanaannya ketika menjadi seorang sulinggih, Agus Indra Udayana akan memilih jalan sebagai Wiku Acarya atau lebih kepada pendidik umat.
Ia juga sempat membangun dua pelinggih di tepi Sungai Gangga dan di tepi Sungai Mahanadi Odisha India.
Wilayah Odisha diyakini merupakan tempat kelahiran Rsi Markandeya yang menanamkan panca datu di Pura Besakih.
Ia menjalani prosesi madiksa untuk menjadi seorang Sulinggih di Jeroan Saren Anyar, Desa Sampalan Tengah, Klungkung.
Ada tiga nabe yang menuntun sekaligus menjadi saksi, yakni Nabe Tapak Ida Pandita Mpu Yaksa Daksa Acharya Manuaba dari Griya Agung Siwa Gni Manuaba, Denpasar.
Kemudian Nabe Saksi Ida Pandita Mpu Nabe Daksa Sidhanta Manuaba dari Griya Agung Manik Gni Manuaba, Badung, dan Nabe Waktra adalah Pandita Nabe Sri Bhagawan Agni Yogananda dari Griya Santabana Payuk, Bangli. (*)