Namun, ada beberapa efek samping puasa antara lain kelelahan, sakit otot dan pusing.
Pola ini tidak direkomendasikan untuk orang-orang dengan kebutuhan kalori tinggi, seperti mereka yang kekurangan berat badan, di bawah 18 tahun atau hamil.
• Pelaku Pembuang Bayi Berurai Air Mata Minta Keringanan Hukuman di PN Bangli, Kini Hamil Lagi
• Kasus DBD di Badung, Bali Meningkat, Komisi IV Tanyakan Program Jumantik
2. Diet Dr. Sebi
Diet ini terinspirasi dari almarhum pedagang herbal, Dr.Sebi yang aslinya bernama Alfredo Darrington Bowman, dan ia tidak memiliki gelar medis.
Pola dietnya mirip diet alkali yang bertujuan mengembalikan tingkat pH tubuh dengan memperbanyak asupan makanan nabati, yang dianggap mampu membersihkan sel-sel lendir yang menumpuk.
Tidak ada bukti ilmiah untuk mendukung klaim ini.
Spesifikasi diet ini tersembunyi di situs web Dr. Sebi, tetapi rencana itu termasuk memangkas asupan gandum, produk hewani, alkohol, dan minum satu galon spring water sehari.
Diet Dr. Sebi juga merekomendasikan daftar produk bermerek yang tersedia di situs web merek tersebut.
Meskipun Dr. Sebi sendiri meninggal pada tahun 2016, pola ini terus berlanjut, dengan pencarian diet yang meningkat secara berkala sepanjang tahun.
Diet ini menjadi bagian dari tren memangkas produk hewani karena berbagai alasan, termasuk kesehatan, kepedulian etik dan melindungi lingkungan.
3. Noom diet
Noom adalah aplikasi penurun berat badan yang memungkinkan kita mendapatkan umpan balik secara individual.
Pengguna aplikasi akan memasukan data berat badan serta data seberapa sering mereka berolahraga, makan dan tidur.
Kemudian mereka akan mendapatkan saran secara personal dan pesan secara kelompok dari pelatih manusia (bukan mesin), termasuk akses sumber online seperti artikel.
Pada 2017, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit memasukkan Noom ke dalam daftar rekomendasi diet yang dianggap berbasis bukti dan mampu membantu mencegah diabetes.