Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam beberapa kurun waktu terakhir, wilayah permukiman Kota Denpasar, Bali, marak dijumpai keberadaan ular piton liar.
Fenomena banyaknya ular piton liar yang dijumpai di rumah-rumah warga diduga karena habitat mereka tergerus dampak pesatnya pembangunan.
Hal itu diungkapkan Ketua Komunitas Dewata Reptile Family Agus Rudi Antoni saat dijumpai Tribun Bali di sela kegiatan di Car Free Day, Renon, Denpasar, Minggu (1/3/2020)
"Sebenarnya sangat disayangkan, habitat ular rusak, makanan juga sulit, mereka terusik maraknya pembangunan," kata Agus
• Angkat Kearifan Lokal Bali, Guru Berkarya Terbitkan 6 Buku Cerita Anak
• Para Diplomat Barat Tak Percaya Indonesia Nol Kasus Corona, Ada Pesan Dipertemuan Tertutup Menkes
• Dewan Pers: Kebebasan Pers Harus Berdampingan dengan Kepentingan Publik
Di samping itu, saat ini tengah memasuki musim ular bertelur mereka membutuhkan tempat yang nyaman.
Umumnya tempat yang lembab, seperti di gorong-gorong.
"Musim penghujan musimnya ular bertelur, mereka cari tempat yang nyaman untuk melindungi diri dan telurnya," jelasnya.
Kenapa sampai rumah warga ?
Ular biasanya ikut arus sungai atau lewat gorong-gorong dan perkebunan untuk berusaha mencari perlindungan dan makanan, seperti tikus.
"Sebenarnya mereka sedang berusaha mencari makan," katanya.
Dewata Reptile Family mengimbau kepada masyarakat agar tidak panik menghadapi ular piton, karena sejatinya ular ini tidak berbisa, untuk penanganan, DRF siap membantu menangani dengan menghubungi team rescue di nomor telepon 081529419426.
"Yang ditangkap pihak BPBD biasnya kami ambil, kami beri makan, mereka kan membutuhkan makan seminggu sekali, setelah sekitar 1 bulan, baru kita lepaskan di hutan sekitar Tabanan, pesan kami satu, jangan sampai melukai apalagi membunuh ular," pungkasnya. (*)