Kurang Mengonsumsi Garam Dapat Sebabkan Pikun, Berikut Faktor Risiko Lainnya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Pikun

TRIBUN-BALI.COM - Pikun bukan hanya persoalan usia yang sudah lanjut atau lansia, akan tetapi kepikunan disebutkan adalah pengaruh dari pola hidup sejak muda.

"Perilaku Anda saat usia muda sangat berpengaruh terhadap otak Anda di usia (lanjut) nanti, pikun atau demensia itu terjadi karena gangguan fungsi pada saraf otak," kata Dr Yuda Turana seorang Dokter Saraf, di Unika Atma Jaya Jakarta, Jumat (6/3/2020).

Menurut dia, tidak semua orang lansia cepat mengalami kepikunan, karena kondisi pikun atau demensia dipengaruhi dari beragam faktor risiko.

Oleh sebab itu, cara untuk memperlambat ataupun mencegah demensia adalah mengenali faktor-faktor risiko seperti berikut.

Berikut 6 Sumber Bau Tak Sedap di Rumah dan Cara Mengatasinya

Meski Bikin Kulit Cerah, Lemon Tidak Boleh Sembarangan Digunakan untuk Perawatan Wajah

4 Tips Agar Berhasil Mengumpulkan Uang Tambahan

1. Usia

Seiring bertambah usia bertambah, prevalensi demensia pun bertambah.

Pada usia 65 tahun prevalensi demensia sekitar 10 persen, usia 75 tahun adalah 15 persen, dan usia 85 tahun menjadi 35-50 persen.

"Prevalensi akan terus meningkat saat usia mencapai 90 tahun," kata Yuda.

2. Wanita

Terdapat 50 juta orang dengan demensia Alzheimer di dunia, dua dari tiga Orang Dengan Demensia (ODD) tersebut adalah perempuan.

Wanita disebutkan berisiko lebih tinggi menjadi ODD karena angka harapan hidup wanita lebih tinggi daripada pria, yaitu di usia 79 tahun, sehingga kejadian demensia pada wanita yang tersensus lebih tinggi.

Selain itu, pengaruh hormon estrogen. Hormon estrogen pada perempuan sangat besar perannya terhadap berbagai organ, termasuk otak.

"Apalagi ketika wanita mengalami menopause, berarti jumlah hormon ini berkurang dan tidak teratur di darah, termasuk aliran ke otak," kata dia.

Untuk diketahui, kepikunan adalah pengaruh dari gangguan fungsi pada otak manusia.

6 Jenis Makanan Pokok Indonesia dan Kandungannya

Si Kecil Sulit Disuruh Cuci Tangan? Yuk Bujuk dengan Cara Ini

Investasi Emas Batangan atau Saham Produsen Emas ?, Ini Investasi yang Lebih Menguntungkan

3. Obesitas

Yuda mengatakan beberapa penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara obesitas dan fungsi kognitif yang menurun.

Seseorang dengan obsesitas pada usia paruh baya memiliki risiko demensia yang meningkat di kemudian hari.

Kegemukan dapat berpengaruh kepada jaringan adiposa ke otak, dan juga kerusakan sendi penumpu berat badan.

Umumnya, kata dia, orang yang mengalami obesitas kurang untuk melakukan aktivitas fisik, yang mengakibatkan fungsi otak yang menurun.

4. Kolesterol tinggi

Fungsi otak sangat dipengaruhi oleh aliran darah yang menuju ke otak. Pada seseorang yang memiliki kolesterol tinggi, terdapat plak-plak yang menempel di sepanjang pembuluh darah menuju ke otak.

"Aliran darah akan semakin lambat dan oksigenases ke otak berkurang," ujar dia.

5. Merokok

Merokok dapat meningkatkan risiko demensia alzheimer 1,79 kali.

Para perokok yang mengisap dua pak rokok per hari, memiliki peningkatan risiko 2,1 kali untuk demensia dibandingkan dengan bukan perokok.

"Rokok hanya kenikmatan semata dan membuat otak Anda pikun di masa tua," kata dia.

6. Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi yang tidak terkontrol bertahun-tahun dapat merusak otak.

Ditegaskan Yuda, berapa muda pun usia Anda saat ini, pola hidup sehat untuk mencegah hipertensi wajib untuk dilakukan. "Kalau sudah kena hipertensi, kontrol tekanan darah Anda secara teratur," tuturnya.

7. Riwayat Keluarga

Seseorang yang mengalami demensia pada usia di bawah 60 tahun, maka akibat mutasi gen dominan memiliki kemungkinan 50 persen risiko terjadinya demensia pada anaknya.

"Tapi ini bukan kayak talasema ya, ibu atau bapaknya demensia, langsung anaknya demensia juga, nggak begitu," jelasnya.

8. Kurang konsumsi garam

Meskipun seseorang yang menderita hipertensi harus mengontrol konsumsi garam, termasuk obat antihipertensi.

Akan tetapi, garam juga diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Kata Yuda, kekurangan natrium atau garam ini dapat mengakibatkan fungsi otak menurun, jadi sering lupa, kadang meracau, dan sering terbangun pada malam hari.

Oleh sebab itu, sebaiknya Anda yang memiliki penyakit penyerta untuk berkonsultasi dengan dokter agar menghindari efek samping dari tindakan ataupun konsumsi obat yang Anda minum.

Selain kekurangan garam, berkurangnya kadar hormon tiroid atau hipotiroid dapat menyebabkan fungsi otak yang menurun.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenali Faktor Risiko Kepikunan dari Usia hingga Kurang Konsumsi Garam"

Berita Terkini